

inNalar.com – Hewan gajah merupakan simbol utama dan terpenting dalam sejarah kerajaan Aceh.
Keterlibatan gajah sebagai budaya digunakan saat mengikuti event parade budaya di Aceh yang dilaksanakan lima tahun sekali.
Biasanya setiap pawai parade ada sekitar 5 gajah yang digunakan saat pawai.
Gajah tersebut juga sebagai edukasi untuk anak-anak yang melihat bahwasannya binatang tersebut dinamakan gajah dan patut untuk dilestarikan dan dijaga.
Benar-benar langka, keberadaan gajah disetiap pawai budaya di Aceh sudah hal yang lumrah terjadi, tidak terdapat di kota-kota lainnya di Indonesia.
Rute yang ditempuh gajah biasanya mengelilingi lapangan Blang Padang menuju ke simpang Jam dan melintasi Meuligoe Gubernur Aceh.
Baca Juga: Masjid di Jawa Tengah Ini Berbentuk Seperti Kapal Nabi Nuh, Lokasinya 25 Km dari Venetia van Java
Menjadikan simbol kehormatan menuju panggung yang berada di sisi utara Masjid Raya Baiturrahman.
Setiap pawai parade, gajah di pakaikan baju dan ditaruh tempat duduk diatasnya.
Kehadiran gajah-gajah itu mampu menarik perhatian masyarakat. terlebih dengan adanya seekor gajah putih yang biasanya jarang ditemukan di kebun-kebun binatang.
Masing-masing gajah yang dipakai untuk memeriahkan pawai ditemani oleh seorang yang disebut mahout.
Adanya semarak kebudayaan di Aceh ini, menampilkan sesuatu ciri khas dan keunggulan budaya lewat pakaian yang digunakan seperti baju adat, gaun kreasi, putroe bungong, atraksi budaya, serta kearifan lokal yang ada yang ditampilkan dalam pawai tersebut.
Pawai digelar dalam rangka untuk promosi adat aceh kepada seluruh masyarakat pendatang maupun touris asing yang sedang berkunjung.
Hal lainnya, pawai tersebut juga mengingatkan masyarakat kembali akan sejarah-sejarah masa lalu yang berasal dari Aceh.
Sekali dalam lima tahun, merupakan waktu yang ditunggu-tunggu masyarakat untuk melihat pawai gajah tersebut.
Antusias dari masyarakat juga merupakan bentuk apreasiasi yang diberikan terhadap kearifan kebudayaan yang ada di Aceh.*** (Yola Oktavia)