

inNalar.com – Perayaan Paskah akan jatuh pada hari Minggu, 17 April 2022. Perayaan Paskah digelar pada hari Minggu pertama pasca bulan purnama pertama. Atau setelah titik balik musim semi.
Perayaan Paskah merupakan satu rangkaian dengan hari besar umat Kristiani lain. Diantaranya Jumat Agung dan Sabtu Sunyi. Paskah sendiri dirayakan pada hari Minggunya.
Menurut seorang biarawan abad ke-18, kata Paskah berakar dari istilah Anglo-Sexon Eeostre atau Easfre yang berarti musim semi dan kesuburan.
Baca Juga: 5 Wisata Pantai Recommended di Daerah Jawa Barat, Eksotik dan Banyak Spot Foto Cantik
Berbicara soal perayaan Paskah, pasti tidak dapat dilepaskan dari simbol telur dan kelinci, mengapa demikian?
Sebenarnya perayaan Paskah adalah hari suci umat Kristiani, namun Paskah identik dengan telur dan kelinci yang merupakan tradisi Pagan.
Telur dianggap sebagai benda yang menyimbolkan kehidupan baru dan kesuburan. Di Afrika, tradisi menghias telur sudah menjadi ritual kuno sejak 60.000 tahun silam. Tepatnya di era pra dinasti Mesir serta kebudayaan awal Mesopotamia dan Kreta.
Pada perkembangannya, sekitar 5000 tahun yang lalu. Bangsa Mesir dan Sumeria telah meletakkan telur yang dihias di atas makam-makam dan dikaitkan dengan simbol raja.
Baca Juga: Ini Hidangan Khas Betawi yang Sudah Langka Ditemukan, tapi Cocok Jadi Menu Buka Puasa Ramadhan
Sejarah telur yang menjadi simbol khas Paskah tidak ditemukan dalam Alkitab. Mengenai dari mana tradisi ini bermula juga memiliki banyak versi.
Tradisi telur Paskah dapat ditelusuri dari periode Kristen Awal di Mesopotamia, lalu menyebar ke Rusia dan Siberia melalui Gereja Kristen Ortodoks. Baru kemudian melalui Gereja Katolik dan Protestan.
Tradisi menghias telur Paskah yang saat ini masih membudaya, kemungkinan besar berasal dari Periode Kristen Awal di Mesopotamia.
Umat Kristen Awal di sana mewarnai telurnya dengan warna merah sebagai simbolisasi dari “darah Kristus yang tertumpah di kayu salib”. Gereja Kristen kemudian secara resmi mengadopsi makna telur Paskah sebagai simbol kebangkitan Yesus.
Baca Juga: Kate Middleton dan Pangeran William Langgar Tradisi Paskah, Ratu Elizabeth Angkat Bicara
Versi lain menyebutkan, terdapat satu teori yang menyatakan bahwa telur berasal dari Festival Eostore di abad ke-13.
Fetival itu dihelat sebagai bentuk penghormatan untuk Dewi Eostre atau dewi kesuburan. Dewi Eostre atau Austro memang divisualisasikan sedang memegang telur dan kelinci.
Kelinci dikenal sebagai simbol kesuburan dan permulaan kehidupan baru. Kelinci dikenal sebagai hewan yang mampu berkembang biak dengan cepat dan banyak.
Menurut catatan sejarah, pada abad pertengahan telur-telur dibagikan pada Hari Raya Paskah kepada semua pelayan. Hal itu dilakukan salah satunya oleh Raja dari Inggris, yakni Edward I.
Ia memerintahkan agar 450 butir telur direbus menjelang Paskah, diberi warna atau dibungkus dengan daun keemasan. Selepas itu dibagi-bagikan kepada seluruh anggota keluarga kerajaan pada Hari Raya Paskah.
Kisah ini termaktub dalam buku ‘Stations of the Sun; A History of the Ritual Year in Britain’ karya Ronald Hutton.
Dua abad setelahnya, Vatikan mengirimi Henry VII sebuah telur yang dibungkus dengan pelindung perak sebagai ‘hadiah musiman’, yang kemudian terkenal dengan sebutan eggsilver atau telur perak.
Barulah pada akhir abad 19 menjelang abad ke-20, telur hias Paskah menjadi sesuatu yang biasa diberikan pada anak-anak dibanding diberikan pada Gereja, masyarakat miskin atau pemerintah setempat.***