Membandingkan Majas Metafora, Simile, dan Repetisi dalam Puisi, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka Kelas 8 SMP Hal.159

inNalar.com – Pada bab 5 D buku Bahasa Indonesia kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka tentang “Membandingkan Majas Metafora, Simile, dan Repetisi dalam Puisi”, materi ini mengajak siswa mengenali dan membedakan gaya bahasa yang sering digunakan dalam puisi.

Dalam bab ini, siswa belajar bahwa majas metafora membandingkan sesuatu secara langsung, simile menggunakan kata pembanding seperti “seperti” atau “bagai”, dan repetisi mengulang kata atau frasa untuk menegaskan makna.

Melalui pembelajaran ini, siswa tidak hanya mengetahui bentuk dan fungsi setiap majas, tetapi juga memahami bagaimana majas-majas tersebut memperkuat keindahan bahasa, membangun emosi, dan menyampaikan pesan dengan lebih hidup.

Baca Juga: Bab 5 C “Menemukan Pesan dalam Puisi”, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Kelas 8 SMP Hal. 154

Bab 5 D ini penting karena membantu siswa mengasah kemampuan membaca puisi secara lebih mendalam serta memperkaya keterampilan menulis dan berbahasa secara kreatif.

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia sub-bab “Berlatih” hal. 159 buku Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka edisi revisi kelas 8 SMP

Petunjuk: Perhatikan dengan cermat tabel yang ada buku Bahasa Indonesiamu!

Soal: Tulislah majas-majas yang kalian temukan dalam keempat puisi-puisi tersebut dalam tabel berikut.

Baca Juga: Terjebak Lifestyle, Begini Potret Biaya Hidup dan Realita Mahasiswa di Yogyakarta Tahun 2025

Jawaban:

1. Puisi “Pahlawan Tak Dikenal”
Dalam puisi ini terdapat majas repetisi, yaitu pengulangan kata atau frasa untuk menegaskan makna. Contohnya, dalam bait pertama dan terakhir terdapat kalimat “Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring / Tetapi bukan tidur, sayang.”

Kalimat tersebut diulang untuk menekankan suasana duka dan penghormatan terhadap pahlawan yang gugur. Tidak ditemukan majas metafora atau simile secara mencolok dalam puisi ini.

2. Puisi “Waktu”

Baca Juga: Dicoret MK, Barito Utara Gagal Punya Bupati, Penyebabnya Bikin Geleng Kepala

– Puisi ini menggunakan metafora, seperti pada kalimat “Waktu adalah pedang”. Ini menyiratkan bahwa waktu itu tajam dan bisa “melukai” jika tidak dimanfaatkan dengan baik

– Selain itu, juga terdapat repetisi, misalnya frasa “detik demi detik, menit demi menit”, yang menunjukkan kesinambungan waktu yang berjalan tanpa henti. Majas simile tidak begitu tampak digunakan dalam puisi ini.

3. Puisi “Hujan Bulan Juni”

– Puisi karya Sapardi Djoko Damono ini kaya dengan majas. Contohnya, terdapat metafora dalam baris seperti “Hujan menyimpan rahasia rindu”, yang menyamakan hujan dengan sesuatu yang bisa menyimpan perasaan.

– Ada juga simile, seperti “bagai kekasih yang setia menanti dalam diam”, membandingkan hujan dengan seseorang yang menunggu dengan sabar.

– Selain itu, kalimat “Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni” diulang di beberapa bagian, menunjukkan penggunaan repetisi untuk menekankan perasaan ketabahan dan kesunyian.

4. Puisi “Nyanyian”

– Dalam puisi ini, ditemukan metafora, misalnya “Nyanyian angin di daun-daun”, yang menggambarkan suara angin seperti sebuah lagu atau nyanyian. Ada juga simile, seperti “seperti bisikan lembut ibu di malam sunyi”, yang membandingkan suara tersebut dengan kelembutan seorang ibu.

– Majas repetisi juga digunakan, terlihat dari frasa seperti “Nyanyian itu… nyanyian itu… nyanyian itu…”, yang diulang untuk memberi penekanan emosional dan nuansa puitis yang mendalam.

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa penggunaan majas dalam puisi berperan penting untuk memperkuat makna, menambah keindahan bahasa, dan menyampaikan perasaan penyair secara lebih mendalam.

Itulah kunci jawaban bab 5 D “Membandingkan Majas Metafora, Simile, dan Repetisi dalam Puisii” bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Kelas 8 SMP halaman 159. Jadikan ini sebagai referensi, ya!