Masyarakat Jateng Gembira, Proyek Tol Bermaterial Bambu yang Mengambang di Atas Laut Segera Rampung: Pertama di Indonesia


inNalar.com
– Harapan masyarakat Jawa Tengah akan terwujudnya jalan tol yang mampu mengatasi persoalan banjir rob sekaligus kemacetan di jalur pantura perlahan mulai mendekati kenyataan.

Pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1, proyek yang juga difungsikan sebagai tanggul laut, kini telah mencapai progres lebih dari 40 persen.

Proyek tol ini menjadi sorotan karena tak hanya menyandang status proyek strategis nasional (PSN), tetapi juga digadang-gadang sebagai tol terapung pertama di Indonesia dengan penggunaan material bambu untuk struktur tanah dasar.

Baca Juga: Biayanya Nyaris Rp 80 Triliun, Proyek Tol di Jawa Tengah Ini Full Didanai Perusahaan Raksasa China

Desain Tanggul Laut hingga Kolam Retensi Raksasa

Kepala Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak, Wandi Saputra, menyatakan bahwa proyek ini memiliki spesifikasi teknis yang berbeda dari proyek jalan tol pada umumnya.

“Jadi jalan tol yang terintegrasi dengan tanggul laut, sepanjang 6,7 kilometer. Sehingga hal itu akan berdampak pada daerah di sekitar Kaligawe sampai Sayung,” ujar Wandi, dikutip inNalar.com, Selasa 5 Agustus 2025.

Baca Juga: Silfester Matutina 6 Tahun Lolos Hukuman Penjara Usai Fitnah Jusuf Kalla, Ternyata Ada Koneksi Kuat dengan Jokowi

Wandi menambahkan bahwa dalam proyek ini juga dibangun dua kolam retensi besar untuk mengendalikan banjir nonrob.

“Kolam retensi Terboyo itu seluas 189 hektare mampu menampung 6,7 juta meter kubik air. Sedangkan Kolam Retensi Sriwulan seluas 28 hektare, menampung 1,2 juta meter kubik air. Keduanya dilengkapi dengan 10 mesin pompa dengan kapasitas 5 meter kubik per detik,” jelasnya.

Anggaran Tembus Rp10,9 Triliun, Dibiayai Pinjaman China dan APBN

Proyek yang telah dikontrakkan sejak 2022 ini dibagi menjadi tiga paket pengerjaan. Paket 1A berupa jalan layang, 1B mencakup tanggul laut dan rest area, serta 1C membangun kolam retensi.

Berdasarkan data dari Pemprov Jawa Tengah, rincian anggarannya sebagai berikut:

  • Paket 1A: Rp2,02 triliun
  • Paket 1B: Rp6,84 triliun
  • Paket 1C: Rp2,11 triliun

Total nilai investasi proyek ini mencapai Rp10,9 triliun, termasuk pajak pertambahan nilai (PPN).

Untuk skema pendanaannya, proyek ini bersumber dari dua aliran: 85 persen dari pinjaman luar negeri asal Tiongkok dan 15 persen dari APBN (rupiah murni).

Kepala BBPJN Jateng-DIY sekaligus Plt. Satker proyek, Janto, menyebut pendanaan dari luar negeri berjalan lancar, namun sebagian dana APBN masih menunggu pencairan.

“Untuk pendanaan dari loan tidak ada kendala, namun pendanaan dari rupiah murni masih menunggu pembukaan blokir anggaran,” kata Janto saat ditemui di lokasi proyek, Senin (3/6/2025).

“Kami berharap anggaran bisa segera turun sehingga keseluruhan pembangunan tetap sesuai target dan tidak mengalami keterlambatan signifikan,” tambahnya.

Rampung 2027, Solusi Jangka Panjang bagi Wilayah Pesisir

Proyek tol sepanjang 10,634 km ini tak hanya menghubungkan Semarang–Demak secara langsung, namun juga dirancang untuk menghadapi ancaman banjir rob yang kerap merendam wilayah Kaligawe, Terboyo, hingga Sayung.

“Salah satu tujuan utama proyek ini adalah mengurangi dampak banjir rob yang sering melanda wilayah ini, tol ini bukan hanya jalur transportasi, tetapi juga berfungsi sebagai tanggul laut yang mampu mencegah air laut masuk ke daratan,” ujar Janto.

Proyek ini telah berjalan hampir tiga tahun sejak kontrak dimulai pada 2022, dan ditargetkan selesai tahun 2027.

Hingga pertengahan 2025, progres fisik mencapai 42,81 persen dengan rincian sebagai berikut:

  • 1A (jalan layang): 63,75%
  • 1B (tol dan tanggul laut): 41,55%
  • 1C (kolam retensi): 26,79%

Pembangunan tol ini turut memperhatikan aksesibilitas masyarakat menuju kawasan wisata dan religi di Kabupaten Demak, termasuk Makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak.

Tol ini akan membentang dari Kecamatan Genuk, Kota Semarang hingga Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, melewati sejumlah desa seperti Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Sriwulan, Bedono, Sayung, hingga Kadilangu.

Selain mengurai kemacetan jalur pantura, keberadaan tol ini juga diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan pesisir dan ekonomi lokal.

Gunakan Material Ramah Lingkungan, Pertama di Indonesia

Sebagian struktur tanah dasar pada proyek ini menggunakan material bambu sebagai perkuatan geoteknik, sebuah pendekatan berbasis kearifan lokal sekaligus teknologi modern.

Material bambu dipilih karena murah, kuat, dan ramah lingkungan, serta mampu meningkatkan daya dukung tanah di lahan rawa yang mendominasi jalur tol ini.

Dengan total panjang jalan tol mencapai 10,6 km dan lebih dari 60 persen proyek berada di atas tanah lunak dan pesisir, tantangan teknis cukup besar.

Namun pihak pelaksana memastikan bahwa standar kualitas tetap dijaga, dan progres akan terus dipercepat.

“Kami di Satker dan BBPJN Jateng-DIY berperan sebagai pelaksana proyek di lapangan. Kami tetap fokus menjalankan tugas sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dan terus berkoordinasi dengan pusat,” pungkas Janto.

Pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 bukan sekadar proyek transportasi, tetapi juga bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim dan pergeseran garis pantai di utara Jawa.

Dengan kombinasi fungsi tanggul laut, jalan tol, kolam retensi, dan pendekatan material alami seperti bambu, proyek ini menjadi tonggak baru dalam sejarah pembangunan infrastruktur nasional.

Jika tak ada hambatan berarti, tol terapung ini siap menghubungkan masa depan Semarang–Demak dengan cara yang lebih tangguh, efisien, dan berkelanjutan.

Rekomendasi