

inNalar.com – Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, kekecewaan, atau bahkan kehilangan dalam hidupnya.
Mungkin ada saat-saat di mana kita merasa tergoda untuk merenungkan masa lalu dan bertanya-tanya, “Apa yang bisa saya ubah jika saya bisa kembali?”
Namun, Dr Aidh al Qarni dalam bukunya ‘La Tahzan’ dengan bijak mengingatkan kita bahwa mengenang masa lalu dengan kesedihan adalah tindakan yang tidak bijaksana.
Mengapa bisa demikian?
Salah satunya, dengan membiarkan diri terperangkap dalam kenangan buruk hanya akan membawa lebih banyak nestapa.
Ini sama saja artinya dengan membunuh semangat kita, memupuskan tekad, dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Dalam bukunya, Dr Aidh al Qarni mengatakan bahwa berkas-berkas masa lalu harus dilipat dan tak pernah dilihat kembali.
Masa lalu seharusnya disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan atau ‘penjara’ pengacuhan yang kuat, atau bahkan diletakkan dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya.
Mengapa? karena masa lalu sudah berlalu, dan tidak ada gunanya meratapinya.
Mengenang masa lalu dengan kesedihan adalah seperti mencoba mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, atau air susu ke payudara sang ibu. Itu adalah tindakan naif, ironis, memprihatinkan, dan menakutkan.
Keterikatan kita pada masa lalu, keresahan kita atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa kita oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa kita pada pintunya, semuanya adalah kondisi yang hanya akan membawa lebih banyak penderitaan.
Dalam teks tersebut, kita juga diingatkan bahwa membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan kita, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
Ketika suatu peristiwa telah berlalu, maka urusannya pun selesai. Memutar kembali roda sejarah hanya akan sia-sia.
Dalam hidup, kita harus menjalani sunah kehidupan yang mengarah ke depan. Angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, dan semua perjalanan akan membawa kita ke depan.
Dengan berpikiran jernih, kita dapat menjalani hidup ini dengan bijaksana, fokus pada masa depan yang belum terbentuk, dan melupakan masa lalu yang tidak dapat diubah.
Melihat kata-kata bijak Dr idh al Qarni, mari kita semua memahami pentingnya mengubur masa lalu dan membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah.
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kepada kita untuk optimis mengejar kebahagiaan yang di masa depan.
Baginda Nabi SAW tidak mengajarkan umatnya untuk meratapi kesedihan dan kegagalan di masa lalu, harusnya kita memperbaiki apa yang telah terjadi di masa lalu supaya lebih maju.
Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR. Al Hakim).
Jangan biarkan masa lalu yang kelam menghalangi potensi kita untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan yang ada di depan.***