

Jakarta, inNalar.com – Sebagai wujud kepedulian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam membantu perbaikan kualitas kehidupan anak muda, BRI bagikan sejumlah strategi cantik terkait literasi keuangan.
Terdapat dua strategi cantik yang menjadi fokusan BRI dalam meningkatkan kualitas hidup anak muda, yaitu bagaimana mereka dapat mengelola keuangan dan mempersiapkan investasi sedini mungkin demi masa depan yang aman dan cerah bagi mereka.
Tidak dapat dipungkiri, kondisi dan keperluan yang berbeda di setiap generasi usia masyarakat membuat tren keuangan baru muncul dan berkembang secara dinamis. Hal ini terutama terjadi pada kalangan anak muda.
Baca Juga: Presiden RI Prabowo Subianto Ambisikan Proyek Nuklir, Indonesia Mampu Saingi AS dan Rusia?
Meski tren berkembang pesat, tetapi anak muda pun dihadapkan pada beragam tantangan dalam mengelola keuangan. Salah satu contohnya, yaitu Pinjaman Online (Pinjol).
Kian maraknya fenomena pinjol, BRI mencoba untuk mengimplementasikan beragam strategi dalam rangka memberikan solusi keuangan yang berpihak bagi nasabah sekaligus membantu mereka dalam mengelola keuangan dengan cara yang lebih baik.
Menanggapi fenomena seperti ini, Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani memberikan penjelasan unik terkait tren Latte Factor.
Baca Juga: Rampung Akhir 2024, Pemugaran Benteng di Jawa Tengah Senilai Rp141,2 Miliar Ini Sampai Gusur 7 Rumah
Menurutnya, saat ini kebanyakan anak muda terjebak di dalam apa yang dinamakan dengan tren Latte Factor.
“Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pengeluaran kecil yang terlihat sepele seperti kopi, langganan streaming, atau makanan kekinian,” tutur Handayani.
“Meski terlihat sepele, jika dijumlahkan nilainya bisa bikin dompet jebol,” terangnya secara gamblang.
Ketika anak muda terjerat dalam kondisi demikian, bisa jadi kurangnya literasi keuangan inilah yang menyebabkan mereka terjebak dalam pemborosan yang tidak disadarinya.
Meski tampak nominal gaji dinilai cukup bahkan berlimpah, tetapi pada kenyataannya masih banyak generasi muda yang tidak mempersiapkan tabungan, dana darurat hingga investasi.
Perencanaan Keuangan dari Hal Sederhana
Baca Juga: Pertama di Indonesia! Rumah Sakit Jakarta Barat ini Gunakan Teknologi Robotik Untuk Operasi Jantung
Lebih lanjut, Handayani turut mengungkap, perencanaan keuangan pada dasarnya dapat dimulai dari hal yang sederhana alias tidak muluk-muluk. Yaitu, berfokus pada kebutuhan dan keinginan yang perlu anak muda bedakan sedari awal.
“Kebutuhan adalah hal-hal mendasar yang penting untuk kelangsungan hidup. Jika tidak ada, tidak bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Contohnya rumah, pakaian, makanan dan minuman, biaya kesehatan dan lain-lain,” jelasnya terkait pengertian kebutuhan.
“Sementara itu, keinginan adalah hal-hal yang masih bisa diganti dengan barang lainnya. Jika tidak ada, tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Misalnya saja barang branded, gadget keluaran terbaru, dan sebagainya,” lanjutnya terkait apa yang dimaksud dengan komponen keinginan.
Baca Juga: Habiskan Biaya Revitalisasi Rp46 Miliar, Pasar Kebanggaan Lampung Ini Mampu Tampung 799 Pedagang
Waspada Tren Keuangan Era Modern
Tren keuangan di era kekinian yang dimaksudkan ini adalah kian merajalelanya akses mudah pinjaman online atau pinjol.
“Saat ini cukup banyak generasi muda yang terjerat pinjol. Berdasarkan data OJK karyawan dan pelajar merupakan profesi yang banyak terjerat pinjol (12%), di mana didominasi oleh generasi muda.” jelas Handayani.
Handayani secara rinci menjelaskan sejumlah faktor yang membuat anak muda terjerumus dalam skema pinjol. Sederhananya, penyebabnya adalah kemudahan akses teknologi dan internet, pungkasnya.
“Pinjaman online biasanya menawarkan skema pengajuan yang praktis, syarat mudah, dan approval instan sehingga lebih banyak diminati. Selain itu, kondisi finansial yang tidak stabil membuat mereka tidak siap dengan adanya kebutuhan mendesak. Belum lagi gaya hidup konsumtif yang membuat pengaturan keuangan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akses informasi terkait pinjaman formal dan edukasi keuangan yang kurang membuat mereka dengan mudah tergiur untuk mengajukan pinjol,” ungkap Handayani.
Peluang dan Tantangan Pinjol bagi Industri Perbankan
Maraknya pinjaman online secara tidak langsung telah mengubah drastis lanskap industri perbankan di Tanah Air. Meski begitu, perlu diakui hal ini juga dapat menjadi peluang untuk mengakselerasi tramsformasi digital sektor perbankan.
“Bank harus semakin gesit dalam mengembangkan produk digital untuk menyaingi platform pinjaman online yang menawarkan kemudahan akses dan kecepatan layanan. Hal ini mendorong bank untuk terus berinovasi dalam layanan fintech, seperti mobile banking atau pinjaman digital berbasis aplikasi,” tambah Handayani.
Untuk menjawab berbagai tantangan, BRI menyajikan strategi yang berpihak kepada masyarakat melalui BRIGuna Digital yang ada di dalam platform BRImo.
Hal ini dilakukan guna menarik kembali minat para nasabah untuk mulai beralih dari pinjol. Sebagai informasi, BRImo adalah super apps BRI yang berisikan lebih dari 100 fitur.
Setiap fiturnya dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perbankannya.
Tak hanya menabung, para nasabah juga terintegrasi dengan ekosistem digital seperti belanja online, transportasi, dan hiburan.
Dengan demikian, akan ada lebih banyak pengguna muda yang ingin solusi perbankan sekaligus gaya hidup hanya dalam satu aplikasi saja.
BRImo pun menghadirkan fasilitas kredit konsumtif dan produktif dengan sumber pembayaran dari penghasilan tetap atau fixed income.
Lewat fitur ini, pengguna bisa mendapatkan akses pinjaman yang mudah sekaligus melakukan pengelolaan dengan bijak.
Pengajuan pinjaman di BRImo bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja (24/7), prosesnya dilakukan secara digital dengan cepat hanya sekitar 15 menit saja, bunga yang ditawarkan pun kompetitif.
Tak berhenti sampai di situ, BRI juga terus menghadirkan program edukasi bagi masyarakat untuk mengingatkan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.
“Tentu saja, BRI senantiasa memberikan literasi keuangan ke beragam segmen khususnya nasabah BRI mulai dari anak muda yang masih sekolah sampai dengan nasabah yang sudah pensiun. BRI juga rutin berkeliling universitas dalam rangka meningkatkan pemahaman anak muda dalam cara mengelola keuangan khususnya dalam memilih instrumen investasi dan menghindari pinjaman online,” ujar Handayani.***