Marahi Anak Doyan Main ‘Roleplay’ Karena Kurang dihargai, Akibatnya Fatal!


inNalar.com
-Seorang anak merupakan lambang dari kasih sayang orang tuanya, namun apa jadinya jika anak tersebut justru mendapatkan sebaliknya.

Jika seorang anak melakukan kesalahan, memang sudah menjadi tugas orang tua untuk membimbingnya ke jalan yang benar.

Namun berbeda dengan dengan orang tua yang satu ini. Memarahi dan membentak anak bukanlah solusi untuk kesalahan yang dibuat anak tersebut.

Baca Juga: Webtoon ‘Pasutri Gaje’ Diangkat Menjadi Film Oleh Falcon Pictures, Netizen Malah Dibuat Geram Karena Ini

Beberapa waktu lalu, media dihebohkan oleh sosok Ayah yang terpergok memarahi gadi kecilnya akibat bermain ‘Roleplay’. Video tersebut tersebar luas dan menjadi viral lantaran ayahnya yang begitu keras serta membentak sang anak.

Lalu, apakah si anak memiliki alasan mengapa ia suka bermain ‘Roleplay’? Apakah ada hubungannya dengan orang disekitarnya? Atau hanya penasaran saja?

Menurut Psikiater dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, ia berpendapat bahwa jika seorang anak ketagihan bermain ‘Roleplay’ seperti itu, biasanya ia ingin mendapatkan perlakuan tertentu seperti kehangatan, rasa dihargai, diapresiasi, dan disanjung yang tidak ia dapatkan dari orang orang disekitarnya meski ia mendapatkan hal tersebut dari orang lain.

Baca Juga: Resmi! Tak Dibutuhkan Lagi Oleh Chelsea, N’Golo Kante Terbang ke Liga Arab dan Bergabung dengan Al Ittihad

Dan pemicu utama anak tersebut terus bermain Rolepay adalah, ketika anak tersebut sudah mendapatkan kenyamanan dan diperlakukan seperti yang ia inginkan, maka timbul rasa ingin berulang dan terus menerus melakukannya.

“Ketika dia roleplay, ada kenyamanan, ‘ternyata senang ya aku jadi peran ini’. Itu di otaknya akan keluar hormon dopamine yang bikin kenyamanan bagi dia,” jelas dr Lahargo kepada detikcom, Minggu 18 Juni 2023 lalu.

“Dia akan merasa tenang dan nyaman sesaat, tapi ketika sudah menurun dia tidak punya cara lain lagi untuk mendapatkan ketenangan itu selain melakukan hal yang sama, sehingga terjadilah pola perilaku yang berulang-ulang,” imbuhnya lagi.

Namun, bermain ‘Roleplay bagi anak-anak dibawah umur juga memiliki dampak tertentu juka memainkan peran tersebut dengan orang asing. Terutama dengan media Tiktok.

Jika merasa nyaman dan terus memainkan peran tersebut dengan orang asing, hal tersebut dapat memicu pelecehan seksual dan kekerasan Verbal. Bisa jadi, hal tersebut akan direkam si anak dan menjadi trauma yang rumit dijelaskan.

Selain hal itu, Roleplay juga berbahaya bagi daya kembang si anak sendiri, hal tersebut disampaikan oleh Lahargo dalam wawancaranya.

Lahargo menyampaikan bahwa hal tersebut bisa menurunkan daya kembang anak. Anak akan sulit membedakan kenyataan.

Anak yang terbiasa bermain Roleplay akan keuslitan membedakan mana yang kenyataan, dan mana yang hanay peran yang ia mainkan belaka dan hal tersebut beresiko cukup tinggi bagi tumbuh kembangnya.

“Kemampuan menilai realitas yang terganggu ini bisa jatuh pada keadaan yang namanya psikotik. Psikotik itu dia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak nyata karena dia semakin meyakini bahwa dia sudah memiliki ataupun menjadi seseorang dalam roleplay tersebut,” bebernya kala itu.

“Maturitas atau kematangan sel-sel sarafnya masih belum cukup untuk bisa memahami situasi ini dan dalam pertumbuhan perkembangannya juga jadinya terganggu,” pungkas dr. Lahargo.***

***Amanda Ray Onela Putri.

Rekomendasi