Manusia Berubah Jadi Kerbau, Tradisi Unik Asal Banyuwangi Sebagai Simbol Rasa Syukur

inNalar.com – Salah satu upacara adat Suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur ialah Kebo-keboan.

Dalam upacara ini menampilkan manusia yang didandani layaknya seperti kerbau atau disebut dengan Kebo-keboan.

Salah satu fungsi tradisi ini ialah sebagai simbol atau wujud syukur masyarakat Suku Osing terhadap hasil panen yang mereka terima.

Baca Juga: Bikin Iri Malaysia, Tradisi Unik di Kalimantan Barat Ini Banjir Wisatawan Asing

Ritual ini dipercaya sebagai upacara bersih desa agar masyarakat terhindar dari bahaya.

Lebih lanjut, tradisi ini juga melambangkan peghormatan kepada leluhur, kekuatan, rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, dan kepercayaan spiritual.

Ritual kebo-keboan, dilakukan di dua desa saja yakni Desa Aliyan dan Desa Alasmalang. Hal ini juga sama dilakukan seperti Ritual Seblang.

Baca Juga: Menolak Punah, Tinggal di Kampung Kuno Banyumas Ini Bak Pindah ke Dimensi Kerajaan Majapahit

Aliyan adalah salah satu desa yang terletak i Kecamatan Rogojambi, Sementara itu, Alasmalang terletak di Kecamatan Singojuruh.

Sejarah Kebo-keboan ini memiliki kaitan dengan kisah Buyut Karti.

Ia hidup pada abad ke-18 Masehi. Pada waktu itu, terdapat ancaman wabah penyakit yang sulit disembuhkan.

Baca Juga: Viral! 78 km dari Surabaya, Terdapat Kapal Terdampar di Tengah Hutan Pinus Jawa Timur

Sampai suatu waktu Buyut Karti mengaku mendapatkan wangsit untuk mengadakan upacara bersih desa.

Dalam wangsit tersebut, digelar upacara dimana para peserta harus berdandan layaknya hewan kerbau.

Setelah beberapa waktu, makna dari pemilihan kerbau ini mengartikan bahwa hewan tersebut merupakan “teman” petani dalam membajak sawah.

Baca Juga: Pernah Renggut Ratusan Jiwa, Begini Penampakan Kawah Maut di Dieng

Oleh karena itu, Buyut Karti langsung menyampaikan wangsit yang ia terima kepada masyarakat.

Setelah disepakati bersama, sejumlah petanni dan Buyut Karti menjadikannya sebagai tradisi.

Dalam pelaksanaannya, kedua desa yakni Desa Aliyan dan Alasmalang terdapat beberapa perbedaan.

Di Desa Alasmalang, Kebo-keboan tidak hanya dijadikan upacara adat saja melainkan sebagai daya Tarik wisata.

Kemudian di Desa Aliyan, upacara itu relatif lebih kental dengan aturan adatnya dan pelaksanaannya dilakukan secara terstruktur.

Lebih lanjut, persiapan sebelum upacara Kebo-keboan dimulai beberapa bulan sebelum acara dimulai. Dalam prosesnya warga desa bergotog-royong menyiapkan segala kebutuhan seperi properti ritual, kostum, hingga dekorasi desa.

Kontribusi aktif warga menandakan betapa pentingnya tradisi tersebut dalam kebihdupan mereka.

Bagi warga desa Alasmalang, upacara Kebo-keboan mempunyai dampak positif bagi ekonomi lokal. Melalui acara tersebut warga memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Hal itu juga dapat meningkatkan rasa bangga terhadap budaya lokal di Indonesia dan mempererat hubungan sosial masyarakat.

Segala bentuk keunikan dan nilai yang terkandung dalam tradisi ini tidak hanya sebagai hiburan, melainkan menjadi pelajaran berharga akan pentingnya menjaga kelestarian budaya Indonesia. *** (Ummi Hasanah)

Rekomendasi