Makan Biaya hingga Rp556 Miliar, Pembangunan Jaringan Irigasi di Aceh Ini Malah Diduga Bikin Banjir Wilayah Sekitar, Kok Bisa?

inNalar.com – Kementerian PUPR melalui Ditjen SDA telah menyelesaikan beberapa pembangunan jaringan daerah irigasi (DI), salah satunya berada di Provinsi Aceh.

Pembangunan jaringan irigasi tersebut dikenal dengan nama DI Lhok Guci yang berada di Kabupaten Aceh Barat.

Proyek ini merupakan salah satu bagian dari Proyek Strategi Nasional (PSN).

Baca Juga: Real Madrid Susun Rencana ‘Licik’ Menangkan Persaingan dengan Manchester United Boyong Jeremie Frimpong

Dilansir inNalar.com dari pu.go.id, pembangunannya melalui dua tahap dimana pada tahap pertama dilakukan pada 2015 hingga 2017.

Sementara itu, pada tahap II dilakukan pada 2018 hingga 2020, namun pada tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19 dimana terjadi refocusing anggaran.

Maka dari itu, mau tidak mau target penyelesaiannya pun disesuaikan ke tahun 2022.

Baca Juga: Barcelona Susun Rencana ‘Gila’ Jika Atletico Madrid Tak Mau Lepaskan Joao Felix di Bursa Transfer Musim Panas 2024

Pembangunan jaringan irigasi DI Lhok Guci nantinya akan mengairi area seluas lebih dari 18 ribu hektar.

Pada tahun 2020 lalu, DI Lhok Guci telah difungsikan secara bertahap mulai dari 2020 hingga 2021 untuk mengairi sawah seluas 400 hektar.

Rencananya, ditahun-tahun yang akan datang akan ditingkatkan lagi fungsionalnya.

Baca Juga: Katanya Gerus Rp10 Triliun, Terowongan Bawah Laut di Kalimantan Timur Ternyata Baru Masuk Tahap Ini

Hal tersebut berdampak pada para petani di Kabupaten Aceh Barat yang bisa mendapatkan suplai air dengan baik.

Dengan adanya suplai air yang baik, maka terbentuk dukungan Gerakan Aceh Mandiri Pangan yang direncanakan pemerintah Provinsi Aceh.

Untuk merealisasikan jaringan irigasi ini, pemerintah mengucurkan dana hingga Rp556 miliar.

Baca Juga: Hanya 31,7 Juta Kilo Liter, BPH Migas Catatkan Penurunan Angka Penyaluran BBM Pertalite di Tahun 2024

Habiskan anggaran ratusan miliar, terdapat permasalahan dimana diduga sempat terjadi bajir di wilayah sekitar.

Hal tersebut disebabkan karena lambatnya proses pembangunan jaringan irigasi tersebut.

Adapun beredar kabar bahwa luapan air yang terjadi di Kecamatan Pante Ceureumen beberapa waktu lalu itu disebabkan adanya perubahan topografi aliran sungai.***

Rekomendasi