

inNalar.com – Kementerian PUPR terus menggiatkan kemantapan jalan perbatasan di sejumlah sudut batas RI, salah satunya ada di Nusa Tenggara Timur.
Daerah lokasi proyek tersebut berbatasan langsung dengan Timor Leste, tepatnya di Ruas Sabuk Merah.
Dinamakan dengan Sabuk Merah, karena ketika Timor Leste memisahkan diri dari RI, TNI menandai peta perbatasan itu dengan garis merah.
Sebagai garda terluar negara, pembangunan infrastruktur yang layak menjadi prioritas pemerintah.
Selain alasan perkuat perbatasan NKRI, perbaikan jalan tersebut dimaksudkan agar warga yang tinggal di sana dapat lebih mudah melakukan kegiatan ekonominya.
Sebagaimana diketahui sektor dagang ikan menjadi ekonomi andalan sejumlah desa yang ada di ruas sabuk merah sektor timur dan barat.
Perlu diketahui, Kementerian PUPR telah menggarap proyek penanganan jalan di daerah perbatasan tersebut sejak tahun 2020.
Jalan sepanjang 292 kilometer dari sektor timur dan barat telah berhasil dimantapkan dengan aspal pada tiga tahun setelahnya.
Pengerjaan jalan di sektor timur berhasil selesai seluruhnya sepanjang 179 kilometer.
Baca Juga: Deal Kontrak dengan BP Berau Rp4,6 Triliun, Petrosea (PTRO) Garap 2 Proyek Sekaligus di Papua Barat
Sementara untuk sektor barat diketahui telah ada 6 ruas yang berhasil selesai dari total 8 ruasnya.
Bentang jalur yang berhasil dirampungkan Kementerian PUPR dari sektor barat panjangnya mencapai 113 kilometer.
Lebar pengerasan jalannya berukuran 2 x 3 meter dengan bahu jalan melega 2,5 meter.
Baca Juga: Film Moana 2 Dirancang untuk Memperbaiki Masalah Animasi Disney selama 4 Tahun, Kapan Dirilis?
Dengan rampungnya sebagian ruas sabuk merah sektor barat, setidaknya ada 3 desa yang terhubung.
Ketiga desa tersebut adalah Desa Haumeniana, Inbate, dan Napan yang berlokasi di Kecamatan Bikomi Utara, Nusa Tenggara Timur.
Pembangunannya pun tidak terlepas dari adanya sejumlah kendala, baik sektor timur dan barat.
Kendala pembangunan jalan di sektor barat diketahui berkaitan dengan adanya beberapa bagian yang amsuk ke dalam area hutan lindung, melansir dari Binamarga PUPR.
Dengan demikian, penyelesaian garapannya perlu adanya Penetapan Area Kerja (PAK) yang lugas.
Selain itu skema izin pinjam pakai kawasan hutan pun perlu lampu hijau dari Kemen LHK.
Sementara kendala konstruksi sektor timur lebih terkait topografi yang daerahnya berupa perbukitan.
Ditambah curah hujan tinggi membuat tanah yang rawan longsor butuh penanganan ekstra terlebih dahulu.
Kendati memiliki sejumlah kendala, jalan perbatasan NTT – Timor Leste ruas Sabuk Merah, khususnya sektor timur berhasil rampung seluruhnya.
Berkat anggaran Rp120 miliar, proyek ini berhasil berjalan dengan lancar meski dihantui sejumlah kendala.
Bahkan dengan sebagian besar kemantapan jalan selesai, masyarakat kini bisa semakin mudah untuk melakukan distribusi penjualan ikan dari desa menuju kota.***