

InNalar.com – Proyek yang dikerjakan selama Indonesia berada di masa kepemimpinan Jokowi adalah Food Estate atau program lumbung pangan.
Salah satu program yang dikerjakan itu ada di daerah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada pengairannya sendiri, lahan yang dijadikan penanaman ini melakukan pemanfaatan bendungan Rotiklot yang berada di kabupaten Belu.
Rotiklot ini sendiri sebelumnya dibangun pada tahun 2015, dan telah diresmikan pada tahun 2019 oleh presiden Jokowi.
Beberapa tahun setelah diresmikan, akhirnya bendungan tersebut juga dimanfaatkan untuk pengaliran lahan food estate.
Menggunakan waduk Rotiklot dalam pengairan lahan, metode yang digunakan dalam pemanfaatan tempat penampungan air ini yaitu menggunakan teknologi sprinkler.
Baca Juga: Tips Menjadi ‘Zero Waste Traveller’ dalam Menjaga Lingkungan Wisata dan Mengurangi Sampah Plastik
Karena NTT merupakan daerah yang tandus dengan iklim kering, jika menggunakan sprinkler maka tindakan ini merupakan cara yang tepat.
Ditambah komoditi yang ditanam adalah jagung, maka sistem pengairannya pun juga tidak akan membutuhkan air yang banyak.
Setelah adanya bendungan tersebut, hal ini tentu memberikan dampak yang baik bagi para petani.
Sebab pada musim tanam pertama, produk yang dihasilkan ini mampu mencapai 6 sampai 7 juta ton per hektar.
Sedangkan pada kala itu penanaman yang dilakukan yaitu sebanyak 53 hektar, dan hingga April 2023 sudah dilakukan panen sebanyak 2 kali.
Jika sesuai rencana, nantinya proyek ini akan berada di lahan seluas 549 hektar.
Pembagian luas lahan tersebut yaitu dengan 411 hektar untuk padi, dan seluas 148 hektar untuk jagung.
Pada proyek food estate ini tentu semua air yang diperlukan akan memanfaatkan dari tempat penampungan air yang berada di kabupaten Belu.
Dilansir InNalar.com dari PUPR, Bendungan Rotiklot memiliki kapasitas tampung mencapai 3,3 juta m3.
Tidak hanya digunakan untuk pemanfaatan lahan irigasi, namun tempat penampungan air ini juga memiliki fungsi dalam pemenuhan kebutuhan air baku sebanyak 40 liter/detik.
Ada pula pemanfaatan sebagai pengendali banjir, karena kabupaten Belu sering mengalami hujan dengan intensitas tinggi hingga dapat menyebabkan banjir.
Menggunakan dana dari APBN, pembangunan bendungan Rotiklot membutuhkan anggaran sebesar Rp 496 miliar yang dikerjakan oleh PT. Nindya Karya (Persero) – PT. Universal Suryaprima (KSO). ***