Legenda Kerajaan Kendahe Bikin Warga Kep Sangihe Sulut Punya Budaya Unik, Paling Waspada dengan Bencana Alam?

inNalar.com – Kepulauan Sangihe adalah sebuah kabupaten yang menjadi berada di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

Letak geografis Kepulauan Sangihe terbilang berbeda jika dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.

Pasalnya, Sulawesi Utara tempat pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Baca Juga: 64 Km dari Surakarta, Hutan Beringin Seluas 2,5 ha di Yogyakarta Disulap Jadi Pasar Teramai se-Indonesia?

Berada di titik rawan gunung meletus, gempa bumi, likuifaksi, dan badai membuat warga Kepulauan Sangihe mewaspadai deretan resiko tersebut.

Adapun Kepulauan Sangihe sendiri memiliki resiko fenomena geologi yang cukup kompleks, dilihat dari kondisi tanah yang belum stabil hingga keberadaan gunung bawah laut yang masih aktif.

Terdapat hasil penelitian pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Yoppie Christian, Desmiwati, dan Ario Damar.

Baca Juga: 5 Wilayah Terkaya di Provinsi Banten, Benarkah Pendapatannya Ada yang Melebihi Jakarta?

Penelitian tersebut mengungkap budaya unik warga Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Judul penelitiannya adalah “Internalisasi Bencana Alam di Masa Lampau Terhadap Budaya Pada Komunitas Pesisir Sangihe”

Penelitian tersebut mengungkap bahwa warga Kepulauan Sangihe rupanya kini memiliki budaya unik yang merupakan hasil adaptasi dari memori buruk di masa lalu dan kisah legenda turun-temurun yang beredar di tengah masyarakat.

Baca Juga: Hanya 1 Km dari Malaysia, Perkampungan Cantik di Kalimantan Barat Ini Punya Pantai Indah Bak Bali, Bisa Tebak?

Ada kisah melegenda di tengah masyarakat Kepulauan Sangihe tentang Raja F yang disebut menjadi penyebab dari terjadinya bencana besar di masa lampau.

Dikisahkan bahwa bencana besar berupa letusan gunung Awu, gempa bumi, dan tsunami, serta badai besar yang terjadi di tahun 1711 telah menenggelamkan Kerajaan Kendahe ke dasar laut.

Dalam penelitian tersebut diungkap bahwa amarah alam terhadap Kerajaan Kendahe itu disebabkan karena adanya praktik terlarang, yakni sang raja menikahi putrinya sendiri.

Dengan adanya cerita rakyat yang telah melegenda di tengah masyarakat Kepulauan Sangihe ini seolah menyiratkan bahwa mereka harus menyadari adanya bencana di masa lampau dan mewaspadai potensi bencana di masa yang akan datang.

Rupanya kisah bencana di masa lalu tersebut telah diserap dalam budaya unik masyarakat Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Budaya unik warga Sangihe dapat terlihat saat mereka membangun rumah dengan aturan-aturan khusus.

Yaitu, adanya aturan untuk menempatkan posisi pintu rumah menghadap ke arah yang berlawanan atau menjauh dari laut.

Diyakini oleh masyarakat Kepulauan Sangihe bahwa jika pintu menghadap langsung ke laut maka hal itu akan membawa nasib buruk pada mereka.

Budaya unik yang selalu berusaha menghadapkan pintu mengarah ke jalan, ternyata cukup bermanfaat bagi langkah mitigasi bencana bagi masyarakat.

Pasalnya, jika pintu tidak menghadap ke arah laut langsung, rumahnya akan terhindar dari angin kencang yang mengarah langsung ke rumah mereka.

Selain itu, pintu yang menghadap ke arah jalan akan memudahkan masyarakat Kepulauan Sangihe untuk menyelamatkan diri dari adanya bencana melalui jalan utama tersebut.

Inilah mengapa para peneliti mengungkap bahwa budaya unik masyarakat Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara ini merupakan hasil dari adaptasi memori buruk di masa lampau mereka.***

Rekomendasi