

inNalar.com – Salah satu bendungan besar yang dibangun di NTT adalah Bendungan Temef.
Bendungan Temef berlokasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan perkiraan rampung tahun 2024 nanti.
Kehadirannya juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sesuai dengan data BPS Provinsi NTT pada tahun 2022, TTS tercatat sebagai salah satu Kabupaten termiskin dI NTT.
Yakni dengan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 25,25 persen.
Sedangkan yang tercatat dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit berada di Kota Kupang.
Adapun persentasenya hanya sekitar 8,61 persen saja.
Sementara untuk jumlah penduduk miskin di Kabupaten Timor Tengah Selatan sendiri sebanyak 120.45 jiwa pada tahun 2022.
Tentu ini menjadi sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat TTS karena dengan adanya pembangunan Bendungan Temef, diharapkan dapat memiliki dampak ekonomis di salah satu kabupaten yang penduduk miskinya cukup tinggi tersebut.
Mengutip dari laman PU, bendungan ini nantinya dapat menampung air hingga 45 juta m3.
Pastinya diharapkan dapat mengurangi potensi banjir serta mendorong kesejahteraan pangan di daerah ini.
Pembangunannya sendiri dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero).
Baca Juga: Peras Anggaran hingga Rp36 Miliar, Proyek Jembatan di Lombok Utara Ini Mangkrak, Kok Bisa?
Adapun total biaya yang diperlukan dalam proyek Bendungan Temef ini mencapai Rp2,7 triliun.
Keberadaannya sendiri saat ini termasuk salah satu dari 7 bendungan yang ditargetkan oleh Presiden Jokowi di NTT.
Tidak hanya itu, proyek ini disebut-sebut akan menjadi bendungan terbesar dan termegah di provinsi ini.
Tentu ini akan dapat menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.
Pembangunannya sendiri dikerjakan untuk mengairi daerah irigasi pertanian dengan luas 4.500 hektare.
Dengan luas genangan mencapai 380 hektare, diharapkan juga dapat mereduksi banjir sampai 230 m3 per detik.
Baca Juga: Rogoh Kocek Rp8,3 Triliun, Konglomerat Migas Indonesia Akuisisi 20 Persen Saham 2 Blok Migas di Oman
Tidak hanya itu, kehadirannya juga dapat menjadi pembangkit listrik tenaga air.
Salah satu kantong air terbesar di Indonesia Timur ini juga dapat menjadi sarana pemenuhan kebutuhan air baku bagi masyarakat setempat.
Proyek ini sendiri telah dikerjakan sejak tahun 2018 silam atau sudah lima tahun berjalan.
Pembangunannya mencakup 3 desa yakni Desa Pane Utara, Desa Oenino, dan Desa Konbaki.***