

inNalar.com – PT Harum Energy Tbk merupakan sebuah perusahaan pertambangan di Indonesia yang menguasai lima konsesi tambang batu bara di Kalimantan Timur.
Selain di Kalimantan Timur, PT Harum Energy Tbk juga kuasai satu konsesi tambang nikel di Maluku Utara.
Menurut sejarahnya, perusahaan pertambangan yang kuasai lima konsesi tambang batu bara di Kalimantan Timur tersebut telah berdiri sejak tahun 1995.
Pada awal berdirinya sendiri, PT Harum Energy Tbk tidak menggunakan nama tersebut, melainkan bernama ‘PT Asia Antrasit’.
Nah mengenai kabar terbarunya, PT Harum Energy katanya akan menggenjot kontribusi bisnis nikel hingga 50%.
Melansir dari laman YouTube @IDX_Channel, disebutkan bahwa emiten batu bara berkode saham ‘HRUM’ tersebut, menargetkan kontribusi pendapatan dari lini bisnis nikel sebesar 50%.
Dari laman tersebut juga menyebutkan bahwa Direktur Utama PT Harum Energy Tbk mengatakan bahwa perusahaan melihat bahwa prospek bisnis batu bara akan lebih menantang kedepan.
Sementara itu, bisnis nikel yang dijalankan bakal memiliki prospek jangka panjang yang sangat menjanjikan.
Saat ini, PT Harum Energy Tbk melakukan kegiatan usaha pertambangan dan pengolahan biji nikel melalui sejumlah entitas.
Diketahui, pada tahun 2021 lalu, PT Tanito Harum Nickel, yang merupakan anak usaha PT Harum Energy Tbk membeli sebanyak 51% saham PT Position.
Saham perusahaan yang dibeli oleh PT Harum Nickel bergerak di bidang pertambangan nikel.
Selain membeli saham dari PT Position, PT Tanito Harum Nickel juga membeli 49% saham dari PT Infei Metal Industry, yang perusahaannya bergerak di bidang pengolahan dan pemurnian nikel.
Baca Juga: Apa Itu Food Estate? Proyek Era Joko Widodo yang Terancam Mangkrak Bahkan Dinilai Gagal
Melansir dari laman web resmi www.harumenergy.com, disebutkan bahwa pendapatan yang didapat oleh perusahaan pertambangan tersebut sebesar USD 336,176 juta.
Sedangkan, total aset yang dimiliki PT Harum Energy Tbk pada tahun 2021 diketahui sebesar USD 874,622 juta.
Itulah beberapa informasi mengenai perusahaan pertambangan yang genjot kontribusi bisnis nikel 50%.***