Krisis Laut Merah Meradang, Traffic Kapal di Terusan Suez Mesir Merosot 42 Persen, Apa Dampaknya Bagi Perdagangan RI?

inNalar.com – Serangan mendadak Houthi menciptakan situasi krisis di Laut Merah semakin berlarut dalam tiga bulan terakhir, tepatnya sejak November 2023.

Jalur pelayaran internasional di Terusan Suez Mesir seketika membuat traffic kapal merosot tajam.

Sebagaimana diketahui bahwa sasaran kaum Houthi Yaman yang dibekingi Iran ini membidik kapal komersial pengangkut logistik.

Baca Juga: Pangkas APBN Rp779,2 M, Proyek Jembatan Sepanjang 1.140 Meter di Teluk Tersempit Kota Ambon Ini Baru Diresmikan Setelah 5 Tahun Dibangun

Lebih lanjut, aksi serangan yang mengancam lalu-lintas perdagangan global tersebut diakui Houthi sebagai bagian dari bentuk dukungan bagi Palestina.

Otomatis, target sasaran empuk rudal pihaknya adalah negara-negara pendukung Israel.

Krisis Laut Merah ini menyebabkan lalu lintas pelayaran di Terusan Suez Mesir menurun dinilai tidak lagi aman.

Baca Juga: Telan Investasi Total Rp4,51 Triliun, Proyek Bersejarah Soeharto 50 Tahun Silam di Pasuruan, Jawa Barat Ini Baru Diresmikan Jokowi

Salah satu organisasi yang bergerak di bidang perdagangan dan pembangunan PBB, UNCTAD pun membeberkan data traffic kapal di kanal utama perdagangan global tersebut.

Sejak serangan mencekam Houthi, lalu lintas pengiriman logistik yang melintasi kanal Mesir tersebut anjlok hingga 42 persen, melansir dari UNCTAD.

Kapal pengangkut logistik dari berbagai negara akhirnya lebih memilih rute paling jauh demi keamanan pelayaran.

Baca Juga: Rugikan Negara Rp463 Miliar, Megaproyek Presiden RI Ke-6 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Ini Mangkrak Sia-sia

Konflik geopolitik telah memperparah kondisi perekonomian global sebab jalur pelayaran terjauh yang jadi solusi teraman bagi setiap kapal akan sebabkan biaya operasional yang membengkak.

Perdagangan Asia-Eropa yang tetap mengandalkan Terusan Suez pun tengah menghadapi sejumlah kenaikan tarif retribusi.

Kisaran kenaikan tarif kanal utama di Laut Merah itu diketahui berkisar 5 – 25 persen dari tarif normal.

Baca Juga: Bidik Pendapatan Neom City US$ 100 Miliar, Arab Saudi Sulap Bukit Pasir Jadi Wisata Alam Pegunungan dan Desa Vertikal, Siap Sambut Wisatawan Pada…

Kenaikan tarif pun berbeda-beda tergantung untuk jenis kapal yang melintas.

Misalnya bagi kapal pengangkut curah, kargo umum, dan Roll-on Roll-off (RoRo) biayanya dinaikkan 5 persen dari tarif regulernya.

Begitu pula dengan tarif kapal tanker minyak mentah dikenakan kenaikan biaya sebesar 25 persen.

Baca Juga: Cetak Laba Bersih Mencapai Rp35,8 Miliar, PT Emdeki Utama Tbk Mencatatkan Penurunan Utang

Sementara untuk tarif kapal tanker minyak kosong dikenakan biaya tambahan sebesar 15 persen.

Lantas, apa dampaknya bagi perdagangan RI imbas situas mencekam di Laut Merah ini?

Tentu tanpa terkecuali tarif logistik naik pun akan berdampak pada kinerja ekspor impor sejumlah perusahaan Indonesia.

Baca Juga: Dibalik Kemegahannya, Intip Sisi Gelap Mega Proyek Kota Baru Arab Saudi Senilai Rp7,8 Triliun

Harga produk juga dipaksa naik sebab ongkos pengiriman membengkak, baik karena imbas kenaikan tarif di Terusan Suez Mesir maupun rute pelayaran terjauh yang bakal habiskan ongkos banyak.

Waktu pengiriman barang dari Asia menuju Eropa akan lebih lama dari biasanya sebab mengambil rute terjauh demi keamanan.

Sehingga potensi kenaikan biaya operasional bakal berpotensi pada tekanan kinerja ekspor dan impor sekaligus kenaikan harga produknya.***

Rekomendasi