

inNalar.com – Peningkatan infrastruktur kesehatan terus dikebut. Dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan memiliki infrastruktur baru di kawasan industri Karawang, Jawa Barat.
Indonesia akan segera memiliki pabrik fraksionasi plasma pertama di Asia Tenggara, yang dibangun melalui kerja sama strategis antara pemerintah Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA), dan Korea Selatan melalui konsorsium SK Plasma.
Pabrik yang akan dibangun di Karawang ini menjadi bagian penting dari upaya negara untuk mengurangi ketergantungan pada impor produk berbasis plasma darah, yang saat ini bernilai lebih dari Rp1 triliun per tahun.
Dengan investasi senilai Rp3,7 triliun, proyek ini diharapkan selesai dalam tahun ke depan, dan beroperasi secara komersial pada 2027.
Pabrik yang akan dibangun di Karawang ini dirancang untuk memproses plasma darah yang dikumpulkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) serta berbagai lembaga donor darah lainnya menjadi produk-produk medis.
Selama ini, keterbatasan teknologi dan fasilitas domestik menyebabkan plasma darah sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, pembangunan fasilitas fraksionasi plasma ini dianggap sebagai langkah maju yang sangat signifikan untuk memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan membuka peluang ekspor di masa depan.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah berkomitmen memastikan kelancaran penyediaan bahan baku berupa plasma darah dari donor domestik.
Palang Merah Indonesia, misalnya, sudah mulai meningkatkan kapasitas fasilitas penyimpanannya, seperti freezer room dengan daya tampung besar di beberapa daerah, untuk memastikan stabilitas pasokan plasma yang akan diproses.
Proyek ini sejalan dengan upaya meningkatkan kemandirian Indonesia dalam sektor kesehatan.
Dengan kemampuan memproduksi sendiri kebutuhan plasma darah, Indonesia tidak hanya akan mengurangi pengeluaran devisa untuk impor, tetapi juga dapat memastikan keberlanjutan pasokan produk medis di tengah tantangan global seperti saat pandemi.
Teknologi yang digunakan dalam pabrik ini akan memanfaatkan metode terkini dari Korea Selatan, memastikan efisiensi tinggi dalam pengolahan plasma darah.
Setelah fasilitas ini beroperasi penuh, pemerintah optimistis kebutuhan domestik akan produk berbasis plasma dapat dipenuhi, bahkan memungkinkan pembatasan impor sejenis.
Selain itu, adanya fasilitas ini akan meningkatkan daya saing Indonesia dalam sektor bioteknologi dan farmasi di tingkat regional, menjadikan Indonesia salah satu pemain utama di Asia Tenggara.
Dari segi manfaat ekonomi, proyek baru di daerah Karawang ini diproyeksikan akan menciptakan lapangan kerja baru, baik secara langsung melalui operasional pabrik maupun secara tidak langsung melalui rantai pasok.
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, menyoroti bahwa selama ini produk plasma darah seperti albumin masih harus diimpor dengan biaya besar.
Dengan adanya fasilitas ini, Indonesia dapat memproduksi sendiri kebutuhan plasma darah, sehingga meningkatkan kemandirian sekaligus memberikan akses yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
Sebagai langkah besar dalam penguatan ketahanan kesehatan nasional, pembangunan pabrik fraksionasi plasma ini menjadi simbol komitmen pemerintah dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam menjawab tantangan sektor kesehatan.
Dengan target operasional tahun 2027 mendatang, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pusat pengolahan plasma darah terkemuka di Asia Tenggara.***(Muhammad Arif)