Kinerja Ekspor Terjun 80,5 Persen, Cita Mineral Investindo Tumpukan Suplai Bauksit ke Smelter Grade Alumina Refinery di Ketapang Kalimantan Barat

inNalar.com – Performa kinerja keuangan PT Cita Mineral Investindo Tbk tampak mengalami tekanan besar usai keran ekspor bijih bauksit ditutup pemerintah.

Harapan cuan perusahaan pertambangan ini pun nantinya bakal bertumpu pada penjualan pasokan bauksit ke Smelter Grade Alumina Refinery di Ketapang, Kalimantan Barat.

Penting untuk diketahui, Presiden RI Joko Widodo sebelumnya menginstruksikan penutupan keran ekspor bijih bauksit terhitung per Juni 2023.

Baca Juga: Hentikan Sementara Aktivitas Pabrik di Sumatera Utara, PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) Alami Kerugian Besar hingga Rp241 Miliar

Kebijakan tersebut diberlakukan oleh pemerintah guna mendorong ekspansi hilirisasi bauksit di dalam negeri.

Sebelumnya, pemerintah pun sempat menerapkan aturan ini pada industri nikel yang disebut berhasil semakin menumbuhkan dompet negara secara signifikan.

Berkaca dari pengalaman tersebut, harapannya penerimaan negara dari sektor industrialisasi bauksit akan melejit drastis hingga Rp62 triliun.

Baca Juga: Imbas Larangan Ekspor Bauksit, PT Cita Mineral Investindo Tbk Sempat Jual Sejumlah Aset di Tambang Ketapang Kalimantan Barat Senilai Rp13,12 Miliar

Lantas, bagaimana dengan nasib emiten pertambangan bauksit seperti PT Cita Mineral Investindo Tbk yang memiliki beberapa area konsesi di tanah Kalimantan Barat?

Mengupas kinerja keuangan perusahaan per kuartal III tahun 2023, tampak adanya penurunan secara signifikan dari sektor hasil penjualannya secara umum.

Setahun sebelum pembukuan terakhir, perusahaan tambang bauksit di Kalimantan Barat ini mampu meraup pendapatan hingga Rp4,29 triliun.

Baca Juga: Desain seperti Sorban, Masjid Unik dan Megah di IKN Kalimantan Timur Habiskan Anggaran Rp970 Miliar, Rampung Tahun…

Namun pada sembilan bulan terakhir di tahun 2023, penjualan bersih hanya mampu merangkak naik hingga Rp2,64 triliun saja.

Penurunan pendapatan tersebut beruntungnya masih tertahan berkat peran entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.

Smelter Grade Alumina Refinery milik perusahaan tersebut berhasil menopang sebagian besar pendapatan PT Cita Mineral Investindo Tbk.

Baca Juga: Serap 5.450 Pekerja Asli Papua, Megaproyek Tangguh Train 3 Lecut Kapasitas Produksi Kilang Gas di Papua Barat Jadi 11,4 Juta Ton, Biaya Investasinya..

Pasalnya pabrik pengolah dan pemurnian bauksit tersebut kapasitasnya pun cukup besar, yakni mencapai 1 juta ton per tahun.

Terlebih SGA yang berlokasi di Kabupaten Ketapang ini bakal semakin dikembangkan untuk bisa digenjot produksinya hingga 2 juta ton alumina per tahun.

Sebagai imbas pengikutnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk pun harus berpuas pada torehan laba bersih sebesar Rp354 miliar.

Baca Juga: Pakai Anggaran Pusat Rp329 Miliar, SPAM Baru di Semarang Barat Ini Siap Jadi Pilot Project Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Perpipaan

Padahal setahun sebelumnya, perseroan mampu meraup profit netto hingga Rp781 miliar.

Kendati demikian, pihak perusahaan tetap optimis mampu meraih kenaikan volume produksi dan penjualannya.

Terlebih untuk pasokan Metallurgical Grade Bauxite (MGB) ke Smelter Alumina di Ketapang, Kalimantan Barat.

Baca Juga: Baru Rampung, 2 Infrastruktur SDA di Magelang Ini Diramal Jamin Ketersediaan Air Baku hingga Tekan Banjir Lahar dari Gunung Merapi

Sedikit informasi tentang PT Cita Mineral Investindo Tbk, perusahaan tambang bauksit ini menggenggam saham 30 persen PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.

Sementara 56 persen saham dimiliki oleh emiten China China Hongqiao Group Limited, kemudian 9 persennya digenggam Winning Investment (HK) Company Ltd.

Sementara 5 persen sisanya dimiliki oleh Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co. Ltd.***

Rekomendasi