

inNalar.com – Performa kinerja keuangan PT Cita Mineral Investindo Tbk tampak mengalami tekanan besar usai keran ekspor bijih bauksit ditutup pemerintah.
Harapan cuan perusahaan pertambangan ini pun nantinya bakal bertumpu pada penjualan pasokan bauksit ke Smelter Grade Alumina Refinery di Ketapang, Kalimantan Barat.
Penting untuk diketahui, Presiden RI Joko Widodo sebelumnya menginstruksikan penutupan keran ekspor bijih bauksit terhitung per Juni 2023.
Kebijakan tersebut diberlakukan oleh pemerintah guna mendorong ekspansi hilirisasi bauksit di dalam negeri.
Sebelumnya, pemerintah pun sempat menerapkan aturan ini pada industri nikel yang disebut berhasil semakin menumbuhkan dompet negara secara signifikan.
Berkaca dari pengalaman tersebut, harapannya penerimaan negara dari sektor industrialisasi bauksit akan melejit drastis hingga Rp62 triliun.
Lantas, bagaimana dengan nasib emiten pertambangan bauksit seperti PT Cita Mineral Investindo Tbk yang memiliki beberapa area konsesi di tanah Kalimantan Barat?
Mengupas kinerja keuangan perusahaan per kuartal III tahun 2023, tampak adanya penurunan secara signifikan dari sektor hasil penjualannya secara umum.
Setahun sebelum pembukuan terakhir, perusahaan tambang bauksit di Kalimantan Barat ini mampu meraup pendapatan hingga Rp4,29 triliun.
Namun pada sembilan bulan terakhir di tahun 2023, penjualan bersih hanya mampu merangkak naik hingga Rp2,64 triliun saja.
Penurunan pendapatan tersebut beruntungnya masih tertahan berkat peran entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.
Smelter Grade Alumina Refinery milik perusahaan tersebut berhasil menopang sebagian besar pendapatan PT Cita Mineral Investindo Tbk.
Pasalnya pabrik pengolah dan pemurnian bauksit tersebut kapasitasnya pun cukup besar, yakni mencapai 1 juta ton per tahun.
Terlebih SGA yang berlokasi di Kabupaten Ketapang ini bakal semakin dikembangkan untuk bisa digenjot produksinya hingga 2 juta ton alumina per tahun.
Sebagai imbas pengikutnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk pun harus berpuas pada torehan laba bersih sebesar Rp354 miliar.
Padahal setahun sebelumnya, perseroan mampu meraup profit netto hingga Rp781 miliar.
Kendati demikian, pihak perusahaan tetap optimis mampu meraih kenaikan volume produksi dan penjualannya.
Terlebih untuk pasokan Metallurgical Grade Bauxite (MGB) ke Smelter Alumina di Ketapang, Kalimantan Barat.
Sedikit informasi tentang PT Cita Mineral Investindo Tbk, perusahaan tambang bauksit ini menggenggam saham 30 persen PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.
Sementara 56 persen saham dimiliki oleh emiten China China Hongqiao Group Limited, kemudian 9 persennya digenggam Winning Investment (HK) Company Ltd.
Sementara 5 persen sisanya dimiliki oleh Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co. Ltd.***