

inNalar.com – Khutbah Jumat terbaru 2022 ini mengangkat tema Asyura dan kemerdekaan karena waktu tahun baru hijriyah yaitu bulan Muharram serta 17 Agustus saling berdekataan.
Maka Khutbah Jumat terbaru sangat tepat membahas tema Asyura dan kemerdekaan, hal itu sebagaimana tradisi Jawa menyebut bulan Muharram, tetapi bagian pertamanya menjelaskan 17 Agusutus.
Khutbah Jumat terbaru 2022 ini mengajak merefleksi sejarah 17 Agustus, tema Asyura dan kemerdekaan yang walaupun naskah berikut dibuat tahun lalu, tapi cukup disesuaikan saja.
Baca Juga: Munculnya Vaksin Booster Kedua dipertanyakan Publik, Dokter Reisa: Antibodi Tubuh Perlu Diupgrade
Dan Khutbah Jumat terbaru 2022 masih sangat relavan untuk disampaikan kepada kaum muslimin, sebaiknya teks ini dibaca denga nteliti terlebih dahulu, serta ditandai hal-hal kurang tepat.
Terutama terkait waktu dimana tahun lalu antara tema Asyura dan kmerdekaan hanya berselang 2 hari saja, sebagaimana disebutkan di dalam Khutbah Jumat terbaru 2022 ini.
Dikutip inNalar.com dari laman NU Online pada Selasa, 2 Juli 2022 Khutbah Jumat terbaru 2022 ini hanya sekedar memberikan contoh plihan yang tepat dan kontekstual untuk disampaikan.
Sehingga Khutbah Jumat terbaru 2022 tidak membosankan, dan tetap menarik disimak pendengar, apalagi cukup singkat namun padat dan penuh makna.
Baca Juga: AESPA Akhirnya Akan Mengadakan Showcase Jepang Pertama Setelah 2 Tahun Berkarir
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ (الحج: ١)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.
Baca Juga: Menteri Pertahanan Korea Selatan Beri Kebebasan untuk BTS, Tetap Tampil saat Wamil
Kaum Muslimin yang berbahagia
Pekan depan, kita akan menyambut dan menyongsong dua hari besar yang saling berdekatan.
Hari Selasa, 17 Agustus yang akan datang kita akan memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, hari paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Dua hari berikutnya, kita akan memperingati hari Asyura, salah satu hari yang paling bersejarah dalam perjalanan umat Islam.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Selama 76 tahun kita menghirup udara kemerdekaan, apakah kita telah benar-benar meraih kemerdekaan yang hakiki?.
Baca Juga: Writer’s Block, Momok Terbesar Bagi Para Penulis, Kenali Pengertian, Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya
Tidak dipungkiri, merdeka dari cengkeraman kaum penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa Indonesia.
Betapa tidak, dengan kenikmatan merdeka, kita bisa dengan leluasa melakukan banyak hal yang bermanfaat.
Akan tetapi sudah cukupkah bagi kita kemerdekaan dari cengkeraman penjajah?.
Bukankah masih banyak belenggu yang harus kita singkirkan agar kita dapat meraih kemerdekaan hakiki dan sejati?.
Saudara-saudaraku hafizhakumullah, Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita dari jerat hawa nafsu.
Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu memerdekakan diri kita dari perangkap jahat setan yang tiada henti membuai kita dengan rayuannya.
Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah mampu memerdekakan hati kita dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan.
Baca Juga: PT KAI Sabet 2 Penghargaan Bergengsi di Indonesian Public Relations Summit 2022
Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang pejabat adalah saat ia mampu memerdekakan dirinya dari mental korup.
Pejabat yang korup dan memakan uang rakyat sejatinya ia terjajah dan belum merdeka.
Terjajah oleh angan-angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan kebahagiaannya.
Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang lain.
Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu memerdekakan dirinya dari kecurangan.
Seorang santri atau siswa dikatakan merdeka apabila ia mampu memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam menuntut ilmu.
Guru atau dosen yang merdeka adalah yang mampu memerdekakan dirinya dari niat lain selain mengabdi, mendidik, dan mengader.
Seorang tetangga yang merdeka adalah apabila ia mampu memerdekakan hatinya dari virus iri, dengki, dan hasud kepada tetangganya.
Dan begitulah seterusnya. Kemampuan melepaskan belenggu yang menghalangi kita dari berbuat baik, itulah kemerdekaan yang hakiki dan sesungguhnya.
Jika seluruh bangsa Indonesia sudah meraih kemampuan itu, maka Indonesia benar-benar telah merdeka. Merdeka dalam arti yang sesungguhnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Dua hari berselang setelah kita memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-76 pada tahun ini, kita akan memperingati hari Asyura, 10 Muharram 1443 H yang tahun ini jatuh pada tanggal 19 Agustus 2021.
Salah satu yang kita kenang dan kita petik hikmahnya pada hari Asyura adalah kemerdekaan Nabi Musa ‘alaihissalam beserta para pengikutnya yang beriman dari cengkeraman Fir’aun.
Al-Walid bin Mush’ab, raja Mesir yang mengaku dirinya sebagai tuhan yang wajib disembah.
Hadirin rahimakumullah
Allah memerintahkan Nabi Musa ‘alaihissalam agar pergi kepada Fir’aun untuk mengajaknya masuk ke dalam Islam, mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya dari sekutu dan serupa.
Nabi Musa pun pergi dan memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan dan membuktikan kenabian dan kerasulannya.
Meskipun begitu, Fir’aun tetap kafir kepadanya, menolak dan bersikap congkak serta menyiksa dan menindas kaum Nabi Musa yang beriman.
Akhirnya Nabi Musa ‘alaihissalam dan para pengikutnya dari kalangan Bani Isra’il keluar dari Mesir dengan jumlah 600 ribu orang.
Fir’aun mengejarnya bersama 1.600.000 pasukan karena ingin memusnahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya.
Ketika Musa dan para pengikutnya telah mendekati laut merah, Allah mewahyukan kepada Musa untuk memukul lautan dengan tongkatnya.
Laut terbelah menjadi 12 belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Di antara setiap dua belahan ada jalan yang kering.
Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya masuk ke laut. Fir’aun dan pasukannya pun mengejar mereka.
Allah subhanahu wata’ala kemudian menenggelamkan mereka semua dan Allah selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Para nabi Allah telah memberikan kepada kita contoh dan teladan dalam berdakwah kepada Allah dan bersabar untuk itu.
Di atas garis perjuangan mereka inilah para sahabat dan para ulama menempuh jalan. Mereka mendarmabaktikan jiwa dan raga untuk memperjuangkan agama Allah.
Teladan Sayyidina al-Husain radhiyallahu ‘anhu yang gugur syahid pada hari Asyura, hari Jumat 61 H selalu lekat dalam ingatan kita.
Ketika beliau melihat orang yang tidak cakap memimpin kaum Muslimin ingin meraih puncak kepemimpinan tanpa bai’at dari tokoh-tokoh pembesar kaum muslimin yang berilmu dan bertakwa.
Al-Husain terang-terangan menentang hal itu. Al-Husain berpegang teguh dengan kebenaran dan konsisten dengannya.
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar hingga ia terbunuh padahal beliau adalah putra dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau gugur syahid di tangan orang-orang yang fasiq dan zalim.
Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ
فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jumat terbaru 2022 ini disusun oleh Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.***