Kelurahan Seluas 1.068 Hektar Jadi Gudang Tarian Sakral Khas Bali, Aneka Kesenian Tradisonal Masih Terjaga

inNalar.com – Masyarakat Bali masih terus berusaha untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian yang sudah ada sejak dahulu.

Kelurahan dengan luas wilayahnya 1.068 hektar di Bali, yakni Kelurahan Karangasem menjadi salah satu bukti melestarikan kesenian tradisional tersebut.

Kelurahan Karangasem yang memiliki jumlah penduduk sekitar 19.164 jiwa ini berhasil melestarikan beberapa kesenian tradisional.

Baca Juga: Masuk Dalam Daftar Merah Satwa Terancam Punah dengan Status Kritis, Inilah Fakta Menarik Harimau Sumatera

Keberagaman agama, sosial, dan budaya yang ada dalam perdesaan dan perkotaan, dapat membuat masyarakat Kelurahan Karangasem tumbuh dalam kebersamaan dan kerukunan yang sangat kuat.

Hal inilah yang menjadikan keberhasilan mereka dalam melestarikan kesenian tradisional.

Kesenian yang dimaksud adalah kesenian tarian sakral.

Baca Juga: 3 Ratu Drama Korea yang Hidup Bahagia Setelah Menikah, Ada Pasangan Kesayangan Dispatch Loh!

Dilansir inNalar.com dari berbagai sumber, ada beberapa kesenian tarian tradisi atau sakral yang berhasil dilestarikan sampai saat ini.

1. Tari Baris Poleng Canglongleng

Dikutip dari Channel Youtube Kelurahan Karangasem – Bali dalam video berjudul Pemaparan Potensi dan Inovasi Kelurahan Karangasem-Bali (Lomba Kelurahan Th. 2022), tarian Baris Poleng Canglongleng dipercaya oleh masyarakat sebagai tarian yang dapat mengusir malapetaka.

Tarian ini juga pernah dipentaskan pada saat terkena wabah, yakni untuk meredakan pamdemi Covid-19.

Baca Juga: Daftar 12 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Total 738,46 Kilometer: Tahun Diresmikan, Anggaran, dan Panjang

2. Tari Kupu-kupu Kuning

Tarian Kupu-kupu Kuning digunakan untuk mengenang perjalanan prajurit Raja Karangasem.

Tarian Kupu-kupu Kuning menceritakan tentang sekelompok kupu-kupu kuning yang mengawal para prajurit Kerajaan Karangasem saat menyerang Kerajaan Seleparang Lombok, Nusa Teggara Barat (NTB).

3. Tari Rejang Kapitu

Tari Rejang Kapitu lahir pada saat proses pembangunan Pura Puseh di desa setempat.

Dikutip dari berbagai sumber, Tari Rejang Kapitu disebut sebagai Rejang Suci.

Tarian ini tidak berdiri sendiri, ada beberapa tarian lainnya seperti tari Baris Poleng Canglongleng, tari Kupu-kupu kuning, dan sebagainya.

Semua tarian tersebut dipentaskan saat Pujawali Pura Puseh pada Purnama Kapat, Purnama Kapitu, Purnama Kadasa, dan Tilem Kesanga.

Tarian ini termasuk disakralkan karena tari Rejang Kapitu merupakan tarian wajib dalam proses upacara adat saat pembangunan pura.

Keberhasilan dalam melestarikan kesenian tradisional yakni tarian sakral ini juga dibantu dengan kelompok seni dan sanggar, serta seluruh masyarakat di Kelurahan Karangasem.***

Rekomendasi