Kampung Cyber di Yogyakarta Ini Pernah Didatangi Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda, Pernah ke Sini?

inNalar.com – Tidak terbantahkan, ada saja keunikan dari Yogyakarta. Tidak hanya identik dengan budaya tradisional, ternyata di kota ini juga memiliki satu desa pengembang internet yang disebut dengan Kampung Cyber.

Menghebohkannya, kampung unik ini juga pernah didatangi oleh Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda lho. Apakah kamu tahu dimana lokasinya?

Kita bisa menemukan desa ini tidak jauh dari Malioboro. Tepatnya di Desa Patehan, Kecamatan Kraton. Dengan segala kesederhanaannya, tidak ada yang menyangka permukiman kecil ini hadir dengan kemajuan teknologi.

Baca Juga: Live Score Timnas Indonesia vs Laos Piala AFF 2024: Skuad Garuda Dibayangi Kelelahan Fisik

Desa ini berdiri sejak 2008 dan telah mencetak banyak prestasi, termasuk dikunjungi oleh CEO Meta yakni Mark Zuckerberg dan Raja Belanda Willem Alexander pada tahun 2014.

Desa di Yogyakarta ini dijuluki sebagai Kampung Cyber karena penggunaan teknologi di sini sangatlah optimal.

Dengan kemudahan akses internet dan segala kegiatan yang dilakukan secara online, kampung ini telah memiliki 13 pemancar Wifi yang dipasang di beberapa titik sehingga rumah warga dapat mengakses internet dengan mudah dan harga yang terjangkau.

Baca Juga: Tanggul Sungai Tunggu Jebol, Banjir Setinggi 1,5 Meter Genangi Wilayah Meteseh, Semarang

Antonio Sasongko atau Koko memiliki keyakinan besar dalam mencetuskan Kampung Cyber agar warga yang ada di sini bisa menikmati teknologi.

Ide ini dicetuskan oleh Koko dan bersama-sama dengan warga desa untuk terus mengembangkannya.

Dikutip dari Youtube AdiTV, dari awal membangun memang memiliki banyak tantangan. Salah satunya adalah pengetahuan masyarakat terkait internet yang masih sangat minim.

Baca Juga: Viral, Kampung Kasih Sayang di Sumatera Utara! 1.500 Jiwa Hidup Terjamin, Tak Perlu Pikirkan Biaya Makan dan Sekolah

Saat itupun dalam pendekatannya, Koko memulai dengan membuka obrolan ringan di pos ronda, bukan diskusi secara formal dengan tujuan agar lebih mudah mengajak warga mewujudkan idenya.

Tujuan utama dari pembangunan desa maju di Yogyakarta ini adalah kemajuan ekonomi dan perubahan pengetahuan serta keterampilan masyarakat.

Di desa ini, hampir seluruh warga merupakan pelaku UMKM, seperti membuat baju, lukisan, batik, angkringan, dll.

Baca Juga: Dikeluarkan Tahun 1951, Ternyata Uang Koin Ini Jadi yang Pertama Diterbitkan di Indonesia

Ternyata, hingga saat ini desa dengan teknologi maju ini masih memiliki dampak positif yang dirasakan warganya. Diantara adalah Titiek dan Nanda selaku pelaku UMKM.

Nanda, sudah 32 tahun berkecimpung dalam usaha spesial make up untuk film. Seperti membuka spesial efek, produksi kulit palsu, 3d effect silicon, lem kosmetik, dan lain-lain.

Kemudian ada Tutik, pelaku UMKM sekaligus pemilik warung lukis yang berjualan kaos dan lukisan dari kanvas.

Baca Juga: Mata Uang Indonesia Dulu Dirham? Ternyata 7 Uang Kuno Selain Rupiah Ini Pernah Digunakan RI Lho

Dari wawancara yang dilakukan dengan 2 pelaku UMKM tersebut, keduanya sepakat bahwa adanya internet di perkampungan yang terletak di Yogyakarta ini membawa banyak keuntungan untuk para pelaku usaha.

Nanda yang saat itu membuka usaha di kampung dengan jangkauan yang sangat sempit, saat ini bisa mendatangkan pelanggan dari luar negeri.

Kampung Cyber yang melek teknologi ini membuat warganya mulai beradaptasi dengan berjualan secara online.

“Internet membuka sekali dan pelanggan jadi tahu posisi kami dan apa yang kami jual. Orang-orang bisa membeli di media sosial kami. Media sosial ada Facebook, instagram dan sekarang lebih ke Shopee. Dengan media ini, orang se indonesia jadi tahu dan penghasilan terus meningkat,” ucap Nanda dalam wawancara berdurasi 18 menit tersebut.

Titiek yang juga pelaku UMKM Yogyakarta pun beranggapan demikian.

“Sebelum online, pertama kali di bidang kuliner cuma lewat telfon. Perbedaan dengan sekarang sangat kelihatan. Internet sangatlah mempermudah. Apalagi sekarang sudah banyak jasa kirim murah untuk menjualkan produk ke pelanggan,” beber Titiek.*** (Aliya Farras Prastina)