

inNalar.com – Dalam Islam, takdir adalah penentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT sejak zaman azali.
Takdir mencakup dalam segala hal, mulai dari yang baik hingga buruk, kebahagiaan dan kesengsaraan, kematian, rezeki dan seterusnya.
Berbicara tentang takdir, kita sebagai umat muslim harus memahami bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini adalah bentuk takdir Allah SWT.
Baca Juga: Tahura Sultan Adam Seluas 112,000 Hektar, Jadi Taman Wisata Alam Andalan di Kalimantan Selatan
Dalam surah Al-Qamar ayat 49 Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan ukuran (takdir).”
Lantas jika segala hal baik dan buruk adalah takdir, mengapa kita dihukum saat melakukan maksiat?
Inilah mungkin jawaban dari pernyataan tersebut dari Habib Umar bin Hafidz.
“tentu maksiat adalah takdir yang telah ditetapkan, dosanya pun telah ditetapkan. Dan dzat yang telah menetapkannya, telah menetapkanmu untuk memilih dengan kemampuan yang telah Dia berikan kepadamu, melakukan (kemaksiatan) atau tidak melakukannya.” ngkap habib Umar bin Hafidz dalam salah satu ceramah beliau.
Sikap seakan menyalahkan Allah Swt karena kemaksiatan yang sudah dikerjakan seseorang merupakan perbuat yang sangat buruk, bahkan lebih buruk daripada dosa kemaksiatan itu sendiri.
Habib Hasan bin Ismail al-Muhdor berkata:
“alasan maksiat seseorang karena takdir, lebih besar dosanya daripada maksiat itu.”
Mengapa dosanya lebih besar? karena ia tidak merasa bersalah, dan merasa bahwa Allah lah yang salah. Naudzubillah
Oleh karena itu, perbuatan maksiat yang dilakukan adalah hasil pilihan sendiri, bukan karena takdir.
Allah Swt telah memberikan kita pilihan antara mengerjakannya atau tidak. Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
“Penyesalan adalah taubat.” (HR. Ahmad)
Artinya, ketika kita melakukan kesalahan atau maksiat, kita diperintahkan untuk bertobat, bukan beralasan bahwa itu adalah takdir.
Sebaliknya, ketika kita berada dalam kondisi musibah atau kesulitan, kita dianjurkan untuk bersabar dan menerima sebagai bagian dari takdir. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah ada satu musibah pun yang menimpa seorang muslim, bahkan sampai tertusuknya duri, melainkan Allah akan memberikan kepadanya pahala dikarenakan kesabarannya.”
Setiap muslim harus memahami bahwa takdir merupakan bagian dari keyakinan dalam agama Islam.
Namun, penting untuk tidak menggunakan alasan takdir dalam membenarkan perbuatan maksiat atau kesalahan dan lebih baik untuk meminta petunjuk kepada Allah dan bertobat.
Di sisi lain, ketika ditimpa musibah, kita harus sabar dan menerima ini sebagai bentuk ujian dari Allah.
Mengerti konsep takdir ini dengan benar akan membantu kita optimis dan yakin bahwa Allah Swt tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya dalam menghadapi pahitnya kehidupan di dunia ini.
WaAllahu A’lam. ***