

inNalar.com – Membesarkan seorang anak yang tumbuh sehat dengan gizi yang cukup adalah harapan setiap orangtua.
Namun agaknya harapan tersbut sulit dicapai oleh sebagian besar warga kabupaten di Jawa Barat ini lantaran memiliki jumlah balita gizi kurang tertinggi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperbarui pada 18 Januari 2024, sebanyak 12.537 kasus ditemukan di Kabupaten Bogor.
Baca Juga: 4 Kota Besar di Jawa Barat Alami Penurunan Angka Perceraian, Marriage Is Not Scary?
Meski alami penurunan dari tahun sebelumnya yang menembus angka 16.821 kasus balita kurang gizi, pemerintah daerah tetap harus mengupayakan penanganan yang serius.
Angka ini terbilang cukup tinggi mengingat tingkat kepadatan penduduk di kabupaten ini tidak terlalu tinggi khususnya di Jawa Barat.
BPS mencatat angka kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor hanya di angka 1.851 jiwa/km, jauh selisihnya jika dibandingkan dengan Kota Bandung yang miliki kepadatan penduduk 14.776 jiwa/km.
Baca Juga: Bukan Bandung! 10 Kabupaten di Jawa Barat Jadi Wilayah Paling Padat Penduduk
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan menybutkan bahwa ia bersama jajarannya telah mempersiapkan langkah penanganan untuk mencapai target Zero Stunting.
Di Kabupaten Bogor sendiri, ada 4 kecamatan dengan angka balita gizi kurang yang cukup tinggi diantaranya Bojong Gede, Cibinong, Gunung Putri, dan Cileungsi.
Ia mengaku akan melakukan kolaborasi dengan dinas-dinas terkait untuk menekan angka balita gizi kurang yang meski alami penurunan namun masih cukup tinggi ini.
Baca Juga: Bandung Tersisihkan, Inilah 10 Kabupaten di Jawa Barat dengan Akses Air Minum Terbaik!
Iwan mengungkapkan bahwa saat ini program yang akan dilaksanakan masih belum sampai tahap final karena nantinya akan berbeda pada masing-masing dinas.
Rencananya, ia akan mengoordinasikan penyelesaian kasus balita gizi kurang ini bersama Dinas Pendidikan, DP3AP2KB, PUPR, dan DPMD.
Ia mencontohkan, dari dinas PUPR bisa memperbaki sistem sanitasi dan penanganan air bersih untuk memastikan para balita mendapatkan konsumsi air yang layak.
Dikutip dari jurnal penelitian Politeknik Kesehatan Negeri Jakarta (Poltekkes Jakarta), munculnya masalah kurang gizi pada balita ini bisa disebabkan karena anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang saat balita.
Padahal seorang balita membutuhkan banyak asupan nutrisi untuk dapat tumbuh dengan baik di 1000 hari pertama kehidupannya.
Mahasiswa Poltekkes Jakarta pun ikut andil dalam upaya pengentasan balita gizi kurang di Kabupaten Bogor ini dengan melaksanakan program keluarga binaan pada tahun 2022.
Program keluarga binaan ini dibuat dengan tujuan mengedukasi orangtua dalam menegnali dan mengatasi permasalahan gizi yang terjadi dalam keluarganya.
Nantinya, pada akhir program diharapkan akan terjadi perubahan pola makan, tingkah laku, dan tingkat pengetahuan tentang gizi.
Ditinjau dari upaya pemerintah bersama kalangan terdidik yaitu mahasiswa, seharunya tahun ini angka balita kurang gizi di Kabupaten Bogor bisa segera ditekan.
Faktor kunci dalam program pengentasan stunting di Kabupaten Bogor ini adalah pada masyarakat, semakin banyak yang teredukasi tentunya akan muncul kesadaran dengan sendirinya.
Untuk itulah perlu adanya kolaborasi antara seluruh lapisan masyarakat bersama dengan pemerintah.***