

inNalar.com – Jembatan tua yang ada di Subang Jawa Barat adalah jembatan Cipunagara, yang diresmikan sejak Maret 1980 silam.
Pada 23 Juli 2004 lalu, sekitar pukul 23.20 WIB, jembatan Cipunagara ambruk akibat dilewati kendaraan yang berbobot berat.
Ambruknya jembatan Cipunagara disebabkan karena kondisi jembatan sudah tua, dan kebetulan pada saat itu juga terjadi penumpukan kendaraan yang disebabkan macet.
Jembatan Cipunagara mempunyai batasan yaitu hanya mampu menahan beban yang tidak begitu besar. Namun pada waktu itu dilalui dengan kendaraan yang memiliki bobot lebih besar dari batasan tersebut.
Sebelumnya jembatan Cipunagara menggunakan rangka baja tipe Calender Hamilton buatan Inggris.
Melihat bahwa jembatan rangka baja tipe Calender Hamilton di Indonesia menunjukkan perilaku menghawatirkan.
Sebab ditunjukkan dengan terjadi lendutan dan getaran yang cukup besar pada saat dibebani bobot kendaraan.
Kini jembatan Cipunagara dibangun menggunakan konstruksi yang baru. Konstruksi tersebut dari rangka baja Trans Bakrie dengan panjang 50 meter dan lebar 9 meter.
Perbaikan jembatan Cipunagara dilakukan secara gotong-royong dengan masyarakat dengan menelan dana sebesar Rp. 2 miliar rupiah.
Ada perbedaan dalam jembatan Cipunagara yang sekarang, yaitu terdapat yellow box 20 meter dibagian tengah jembatan.
Maksud dibutkan yellow box 20 meter adalah agar truk-truk yang melalui jembatan Cipunagara tidak bergerak dengan berhimpitan.
Serta sebagai tanda berhenti (rambu peringatan) agar pengguna jalan dapat mengatur jarak kendaraannya.
Setelah ditutup akibat ambruk dan dilakukan perbaikan, jembatan Cipunagara di Subang dibuka kembali dengan struktur kerangka baja yang baru.
Tidak hanya jembatan Cipunagara, ternyata ada beberapa jembatan yang masih menggunakan rangka baja tipe Calender Hamilton buatan Inggris.
Bahkan ada yang terbangun pada 1942, sehingga perlu dilakukan perbaikan mengingat rangka baja Calender Hamilton sudah tua dan tidak layak untuk menampung jumlah kendaraan yang tinggi.***