Jembatan Bermotif Batik? Ini Dia Infrastruktur Paling Unik di Yogyakarta, Calon Ikon Baru Jogja 2025


inNalar.com –
Yogyakarta dikenal dengan daerah yang memiliki beragam kearifan lokal yang unik dan autentik.

Pesona budaya dan sejarahnya tidak hanya menawarkan keindahan saja, tetapi juga menghadirkan filosofi mendalam di setiap sudut Yogyakarta.

Setiap tempat dibangun dengan mengusungkan budaya dan kearifan lokal demi menjaga kelestariannya.

Baca Juga: 18 Tahun Terbengkalai, Stasiun di Depok Ini Dihidupkan Lagi, Orang Jakarta Bogor Makin Sering Kumpul!

Konsep tersebut juga diterapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam membangun jembatan Pandansimo di Ngentak, Pancorsari, Sradakan, Banntul.

Jembatan dengan panjang 1,9 kilometer ini menjadi jembatan terpanjang di daerah Yogyakarta.

Diketahui, proses pembangunan yang direncanakan akan selesai di akhir Desember 2024 ini mundur dari waktu yang telah ditargetkan.

Baca Juga: Serap Investasi Rp56 Triliun, Pabrik Kertas Berkapasitas Jumbo di Jawa Barat Ini Dipatok Beres Tahun 2025

Hal itu dikarenakan adanya penambahan kontruksi pondasi jembatan untuk keamanan dari ancaman likuifaksi, sehingga diperkirakan selesai pada akhir Maret 2025.

Berdasarkan informasi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Satker PJN DIY Setiawan Wibowo mengungkapkan, pihaknya telah mengajukan tambahan pekerjaan fondasi.

Tambahan tersebut dilakukan setelah kajian terkait potensi bencana yang dapat terjadi di lokasi pembangunan. Oleh karena itu, akan ditambah 200 pondasi untuk memastikan jembatan tetap dapat berdiri kokoh di tengah potensi bencana tersebut.

Baca Juga: Serap Investasi Rp56 Triliun, Pabrik Kertas Berkapasitas Jumbo di Jawa Barat Ini Dipatok Beres Tahun 2025

Dikenal dengan sebutan jembatan Sradakan III, insfratruktur ini mempunyai keunikan dengan mengusung konsep budaya lokal yang menghadirkan gunungan dengan motif batik khas Yogyakarta.

Motif tersebut terletak di tengah jembatan dan memiliki makna gunungan sebagai simbol awal dan akhir dalam pewayangan.

Pada jembatan di Kabupaten Kulonprogo itu diartikan sebagai wilayah perbatasan antarprovinsi.

Baca Juga: Dirakit dengan 10 Juta Bambu, Jalan Tol di Semarang Rp16,7 Triliun Ini Dinilai Sebagai Megaproyek Tersulit RI

Jembatan Pandansimo dibangun di atas sungai Progo dengan memilih warna yang khas, yakni terracotta atau warna bata merah yang mewakili warna makam raja-raja di Imogiri.

Kemudian, di area jembatan ditanam pohon cemara udang yang merupakan tanaman khas pantai Selatan.

Berbeda dengan yang lain, jembatan ini didisain juga untuk memberikan akses bagi para pejalan kaki.

Baca Juga: Dirakit dengan 10 Juta Bambu, Jalan Tol di Semarang Rp16,7 Triliun Ini Dinilai Sebagai Megaproyek Tersulit RI

Di sisi kanan dan kiri pada jalur pedestarian jembatan akan disedikan anjungan untuk para pejalan kaki yang ingin menepi dan menikmati pemandangan sungai Progo.

Jembatan Pandansimo adalah bagian dari rangkaian jalur trans selatan Jawa yang diharapkan mampu meningkatkan pemerataan ekonomi di bagian selatan Jawa.

Meski demikian, lokasinya yang terletak dekat dengan pusat gempa Sesar Opak dengan radius kurang dari 10 km, membuat jembatan ini berpotensi memiliki likuifaksi.

Oleh karena itu, jembatan Sradakan III ini dibangun menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) untuk mengakomodir pergerakan selama gempa.

Lebih lanjut, dengan adanya jembatan ini dapat menjadi ikon inovasi dan eksplorasi dari potensi pantai Selatan sekaligus menjadi bagian dari strategi dan solusi dari tantangan perubahan. *** (Ummi Hasanah)

Rekomendasi