Jejak Sampah Pendaki Gunung Rinjani Tembus 31 Ton, Efek Samping Jadi Destinasi Terpopuler di NTB?

inNalar.com – Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat angka mencengangkan, lebih dari 31 ton sampah dihasilkan dari aktivitas pendakian hanya dalam periode April hingga Oktober 2024.

Sampah di gunung terpopuler NTB ini menjadi dampak dari lonjakan wisatawan yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal, namun juga menambah tantangan besar bagi lingkungan.

Masalah ini semakin mendesak, mengingat status Gunung Rinjani sebagai destinasi pendakian populer dengan keindahan alam yang harus dilestarikan.

Baca Juga: Pasir Laut di Perairan Batam Diam-Diam Disedot Singapura, Begini Pandangan Nyentrik Kadis Pertambangan Kepulauan Riau

Kepala TNGR, Yarman, mengungkapkan bahwa pengelola gunung telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menangani persoalan ini.

Salah satunya adalah kegiatan bersih-bersih rutin yang dipimpin oleh Forum Pariwisata Rinjani.

Selain itu, inisiatif sistem bawa-masuk-bawa-keluar diterapkan di pintu masuk pendakian, mengharuskan para pendaki membawa turun sampah yang mereka hasilkan.

Baca Juga: Resmi Diumumkan Besok! Begini Cara Cek Nama Peserta, Jadwal, dan Lokasi Seleksi Kompetensi PPPK Tahap 1 2024

Langkah ini bertujuan untuk mengurangi dampak sampah di kawasan yang menjadi bagian dari ekosistem sensitif ini.

Upaya ini juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti penyelenggara trekking, kelompok pencinta alam, hingga komunitas lokal.

TNGR menekankan pentingnya promosi praktik pendakian yang berkelanjutan agar sampah di gunung dapat diminimalkan.

Baca Juga: Misi Perbaiki Ekonomi Indonesia, Prabowo Bawa Pulang Investasi Senilai Rp245,15 Triliun

Tak hanya itu, target ambisius “pendakian tanpa sampah” pada tahun 2025 menjadi tujuan utama yang ingin dicapai.

Namun, tantangan tetap ada. Meski sudah ada inisiatif seperti itu, kesadaran wisatawan terhadap pentingnya menjaga kebersihan sering kali masih rendah.

Sampah plastik, botol minuman, dan sisa makanan menjadi jenis limbah yang paling banyak ditemukan. Hal ini tidak hanya merusak keindahan alami gunung, tetapi juga mengancam kelestarian flora dan fauna di kawasan tersebut.

Baca Juga: Tuai Polemik, Pemerintah RI Tegaskan Izin Keruk Pasir Fokusnya Bukan Ekspor Tapi ‘Bersihkan’ Laut

Sebagai bentuk ajakan, Yarman menekankan bahwa tanggung jawab menjaga kebersihan Rinjani adalah tugas bersama.

Ia berharap wisatawan, pemandu, hingga penduduk lokal dapat bersatu melindungi keindahan alam gunung ini, agar tetap bisa dinikmati generasi mendatang.

Dengan sinergi dari semua pihak, Gunung Rinjani dapat menjadi contoh sukses konservasi lingkungan di tengah tekanan pariwisata yang meningkat.

Baca Juga: Eks Honorer Gak Lagi Risau! Meski Tidak Lolos PPPK Ada Kerjaan ASN Part Time di Pemerintah, Ini Keuntungannya

Melalui langkah-langkah konkret seperti peningkatan edukasi lingkungan, pengawasan yang lebih ketat, dan program pemberdayaan komunitas, visi menjadikan Rinjani sebagai destinasi pendakian berkelanjutan tanpa sampah bukanlah hal yang mustahil.

Dengan begitu, Rinjani tidak hanya menjadi kebanggaan Lombok, tetapi juga inspirasi untuk pengelolaan gunung-gunung lainnya di Indonesia.

Kesuksesan program “pendakian tanpa sampah” di Rinjani akan menjadi contoh inspiratif untuk destinasi lain di Indonesia.

Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan wisatawan, Gunung Rinjani bisa tetap menjadi ikon wisata alam yang indah sekaligus ramah lingkungan.***(Valencia Amadhea Christiyadi)

Rekomendasi