Jatuh Bangun Bandara Internasional Jawa Barat, Mega Proyek Rp2,6 Triliun yang Berakhir Tak Sesuai Ekspektasi

inNalar.com – Tempat penerbangan terbesar kedua di Indonesia menjadi topik perbincangan di kalangan publik karena dinilai gagal realisasi alias berujung tidak sesuai ekspektasi.

Pasalnya bandara internasional tersebut sejak mulai diresmikan sampai tahun 2024 ini terus mengalami kesulitan untuk mendapatkan penumpang.

Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sudah beroperasi sejak 24 Mei 2018 dan diresmikan pada 1 Juli 2019.

Baca Juga: Bangsa Hobbit dalam Seri Film Lord of The Rings dari Indonesia? Ini Temuan Mengejutkan Arkeolog di Flores

Saat diresmikan, Bandara Kertajati dijadikan sebagai penyangga untuk memudahkan lalu lintas udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Kemudian, bandara ini mulai dioperasikann secara penuh pada 29 Oktober 2023.

Bandara Internasional Kertajati telah menghabiskan anggaran dana hingga Rp2,6 triliun. Dana tersebut tidak sepenuhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga dari kemitraan dengan pihak swasta.

Baca Juga: BRI Pacu Sharing Economy bagi Masyarakat Melalui AgenBRILink, Jumlah Kantor Dikurangi

Bandara yang terletak di bangian timur laut Jawa Barat itu sempat ‘mati suri’ karena sepi pengunjung.

Penyataan tersebut didasarkan pada minimnya jumlah penumpang yang menggunakan bandara tersebut.

Diketahui, berdasarkan data movement pengunjung di Bandara Kertajati hari demi hari paling tinggi hanya 2.500 orang. Padahal, movement normal dengan jumlah 7.500 kunjungan per hari.

Baca Juga: Boncoskan Dana Rp1 Triliun! PLTS Canggih IKN Digadang Mampu Atasi Krisis Energi

Padahal bandara ini mempunyai total kapasitas penumpang hingga 29 juta per tahunnya.

Dibangun di lahan seluas 1.800 Ha, bandar Udara tersebut dikelola oleh PT Angkasa Pura II selama 17 tahun yang dimulai sejak 2018 hingga 2035.

Tujuan didirikannya Bandara Internasional Kertajati salah satunya untuk meningkatkan ekonomi baik di Kabupaten Majalengka ataupun Jawa Barat secara keseluruhan.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Jembatan Terpanjang di Indonesia, Salah Satunya Dibangun 3.500 Pekerja Gabungan Dua Negara

Tetapi hal itu sulit untuk direalisasikan. Pasalnya tingkat ekupansi penerbangan di bawah 30 persen.

Selain itu kegagalan salah satu bandara internasional di Jawa Barat sebagai PSN yang tidak berjalan sesuai rencana, yaitu dikarenan beberapa faktor.

Di antaranya kurangnya aksesibilitas jalan menuju bandara, meski sudah diatasi dengan adanya Tol Cisumdawu.

Baca Juga: Gandeng Emiten Asing, PLTS Terapung di Sumatera Barat Rp1,63 Triliun Ini Malah Timbulkan Polemik

Kemudian, kesalahan dalam pendekatan pembangunan karena dilakukan tanpa mempertimbangkan pembangunan ekosistem yang mendukung.

Seperti akomodasi untuk kru penerbangan (penginapan), fasilitas kesehatan (RS), fasilitas keamanan (DAMKAR).

Menanggapi hal itu, Sekretaris Perusahaan dan Vice President Umum PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Dian Nurrahman, mengatakan bandara masih menghadapi tantangan akibat operasi pesawat yang tidak terjadwal.

Oleh karena itu, pemerintah dengan pihak terkait terus berupaya untuk meningkatkan dan memperluas aktivitas di bandara.

Salah satunya dengan menjadikan bandara tersebut sebagai lokasi penerbangan jemaah haji tahun 2024.

Sebanyak 13.200 jemaah haji telah diberangkatkan pada 10 Juni 2024 lalu.

Dalam waktu dekat Bandara Kertajati akan berencana melayani penerbangan jemaah umroh.

Selain itu, pihak pengelola bandar udara mengatakan penerbangan internasional dari Kertajati ke Singapura sudah mulai beroperasi sejak 26 September 2024 lalu.

Dengan adanya rute penerbangan internasional ke Singapura, diharapkan dapat menarik minat penumpang untuk melakukan penerbangan di BIJB Kertajati.

Pesawat yang digunakan untuk rute tersebut ialah A320 karena sesuai dengan standar rute perjalanan iternasional pendek.

Kemudian, bandar udara tersebut juga saat ini melayani penerbangan ke Kuala Lumpur melalui maskapai Malaysia Airlines dan AirAsia dengan frekuensi dua kali seminggu.

Sementara untuk penerbangan domestik menggunakan maskapai Citylink, Super Air Jet, dan AirAsia. Semua layanyan tersebut sudah berjalan optimal. ***(Ummi Hasanah)

 

Rekomendasi