Investasinya USD 2,6 Miliar, Smelter Tembaga di Jawa Timur Jadi Terbesar di Dunia: Nilai Sahamnya Meroket Terus Jika Hal Ini Terjadi!

 


GRESIK, inNalar.com
– Smelter terbesar di Indonesia adalah smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berlokasi di Jawa Timur.  

Smelter ini terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Jawa Timur. Tak hanya terbesar se-Indonesia, smelter milik PTFI juga menjadi  smelter tembaga single line terbesar di dunia.  

Diketahui, fasilitas industri bijih logam/mineral mentah tersebut mampu memproduksi katoda tembaga sebesar 600 ribu ton per tahun. 

Baca Juga: Media Vietnam Malah Ketar-ketir AFC Masukkan Laga Kontra Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 sebagai Duel Terbaik

Katoda tembaga sendiri akan digunakan untuk berbagai keperluan seperti: industry kabel, industri elektronik dan industri konstruksi.

Proses pengolahan bijih tembaga di smelter tembaga PT Freeport Indonesia menggunakan teknologi pirometalurgi. Proses ini dimulai dengan peleburan bijih tembaga dalam tungku listrik.  

Pada proses peleburan tersebut, bijih tembaga akan terurai menjadi logam tembaga dan pengotornya.

Baca Juga: Inter Milan Full Senyum, Piotr Zielinski Rela Tolak Kenaikan Gaji yang Ditawarkan Napoli di Bursa Transfer Musim Dingin Ini

Selanjutnya, logam tembaga akan dipisahkan dari pengotornya dengan proses elektrolisis. Pada proses ini, logam tembaga akan mengendap di katoda, sedangkan pengotornya akan mengendap di anoda. 

Tak elak jika smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur itu mampu memegang rekor dunia. 

Adapun pembangunannya memakan nilai investasi senilai USD 2,6 miliar dan mulai beroperasi pada tahun 2024. Smelter ini akan menyerap konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta ton per tahun. 

Baca Juga: Gandeng Perusahaan Arab, Proyek PLTS Senilai Rp2,2 Triliun di Jawa Barat Ini Jadi yang Terbesar di Dunia, Berapa Kapasitasnya?

Produk utama dari smelter PTFI di Gresik Jawa Timur ini adalah katoda tembaga. Selain itu, juga ada produk sampingan seperti slag dan tailing.  

Slag adalah produk sampingan dari proses peleburan bijih tembaga. Bahan ini akan digunakan sebagai bahan baku untuk industri semen.

Sementara untuk Tailing adalah produk sampingan dari proses elektrolisis. Tailing ini akan disimpan di sebuah kolam khusus. 

Baca Juga: Siap Diresmikan, Bendungan Senilai Rp1,6 Triliun di Sulawesi Utara Mampu Aliri 2.214 Ha Sawah Tadah Hujan

Smelter tembaga PT Freeport Indonesia memegang peran penting dalam industri pertambangan Indonesia. Smelter ini dapat meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, yaitu bijih tembaga. 

Selain itu, smelter ini juga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

Saham Smelter Tembaga PTFI

Saham smelter tembaga PTFI sendiri tidak diperdagangkan secara publik. Hanya ada 2 pemilik sah, yaitu pemerintah Indonesia sebesar 51,2% dan Freeport McMoRan 48,8%.

Baca Juga: Gara-gara Perang, Pembangunan Smelter Rp22 Triliun di NTB Ini Malah Molor, Padahal Miliki Fasilitas…

Namun, jika smelter tembaga single line terbesar di dunia ini diperdagangkan secara public maka nilai sahamnya diperkirakan akan sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Smelter tembaga PT Freeport Indonesia adalah smelter tembaga terbesar di Indonesia dan single line terbesar di dunia.
  • Smelter ini mampu memproduksi katoda tembaga sebesar 600 ribu ton per tahun
  • Harga tembaga saat ini sedang tinggi.

Dilansir dari Bloomberg, harga tembaga pada hari Kamis, 11 Januari 2024 adalah USD 9.300 per ton.

Jika menggunakan asumsi ini, maka nilai saham smelter PTFI dapat mencapai sekitar USD 5,6 miliar.  

Baca Juga: Hanguskan Rp31,2 Miliar, Jalur Shortcut di Badung Bali Disebut Mampu Atasi Masalah Klasik, Panjangnya…

Namun perlu diingat bahwa ini hanyalah asumsi. Nilai saham smelter tembaga PT Freeport Indonesia akan tergantung pada berbagai faktor, seperti kinerja keuangan perusahaan, harga tembaga dan kondisi ekonomi global. 

Kinerja Keuangan Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia Terbaru

Smelter tembaga PT Freeport Indonesia baru beroperasi pada bulan Juni 2023. Oleh karena itu, kinerja keuangan smelter ini hanya dapat dianalisa berdasarkan data yang tersedia selama 6 bulan pertama tahun 2023. 

Berdasarkan data yang diterima inNalar.com, smelter tembaga PTFI membukukan pendapatan sebesar USD 1,5 miliar dan laba bersih sebesar USD 450 juta pada periode 6 bulan pertama tahun 2023. 

Baca Juga: Usai Gaet China dan Arab, PT Aneka Tambang Targetkan Produksi 274.140 Aluminium di 2024, Terluas Ada di Sanggau Kalimantan Barat

Pendapatan smelter ini berasal dari penjualan katoda tembaga. Harga katoda tembaga rata-rata pada periode ini adalah USD 9.300 per ton. 

Laba bersih yang diperoleh ini dari margin keuntungan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 30%. Margin keuntungan ini berasal dari kombinasi antara harga tembaga yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. 

Berdasarkan kinerja keuangan yang dibukukan pada periode tersebut, smelter tembaga ini diperkirakan akan membukukan kinerja keuangan yang positif pada tahun 2024, seiring melambungnya harga tembaga.  

Baca Juga: Rangkul China, Kalimantan Barat Miliki Smelter Alumina Senilai Rp14 Triliun, Pertama di Indonesia?

Proyeksi di atas tentu saja masih bersifat sementara dan dapat berubah tergantung berbagai faktor , seperti harga tembaga, biaya produksi dan lain sebagainya. 

Harga Katoda Tembaga 2024

Pada hari Kamis, 11 Januari 2024, harga katoda tembaga di London Metal Exchange (LME) adalah USD 9.300 per ton. Harga ini naik 1,7 persen dari harga penutupan hari sebelumnya. 

Harga katoda tembaga telah mengalami kenaikan signifikan sejak awal tahun 2023. Pada awal tahun 2023, harga katoda tembaga hanya sebesar USD 6.500 per ton. 

Baca Juga: Sempat Rugi Rp6,75 T, Megaproyek Smelter Alumina di Mempawah Kalimantan Barat Ini Akhirnya Happy Ending di 2024, Bisa Upgrade Kapasitas 3 Juta Ton!

Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa indikator, antara lain:

  1. Tingginya permintaan tembaga, terutama untuk bahan baku baterai mobil listrik
  2. Kekurangan pasokan tembaga, akibat dari gangguan produksi di beberapa negara produsen tembaga, seperti Chili dan Peru.
  3. Kenaikan harga energi, yang berdampak pada biaya produksi tembaga

Harga katoda tembaga diperkirakan akan melambung tinggi pada tahun 2024. Hal ini didukung dengan sejumlah faktor. 

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga katoda tembaga: 

  • Permintaan Tembaga

Permintaan tembaga merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi harga katoda tembaga. Tembaga merupakan logam yang serbaguna dan digunakan dalam berbagai industry, seperti industry elektronik, industri konstruksi dan otomotif. 

Baca Juga: Target Primadonakan Lahan Rp200 M, Proyek Kawasan Industri Batang Garapan Intiland (DILD) Auto Pikat Nestle Jadi Investor Perdana Berkat…

Faktor ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2024, terutama untuk bahan baku baterai mobil listrik. Seperti diketahui, mobil listrik menggunakan lebih banyak tembaga daripada mobil konvensional. 

  • Pasokan Tembaga

Pasokan tembaga juga merupakan faktor utama dalam mempengaruhi harga katoda tembaga. Tembaga sendiri merupakan logam yang tidak dapat diperbarui dan cadangannya terbatas. 

Pasokan tembaga diperkirakan akan tetap terbatas pada tahun 2024, akibat dari gangguan produksi di beberapa negara produsen tembaga. 

Baca Juga: Pakai Dana Pinjaman Senilai Rp23 Triliun, Jalan Tol Jambi-Rengat akan Melewati 5 Kecamatan, Kapan Mulai Dibangun?

  • Harga Energi 

Harga energi juga berdampak pada biaya produksi katoda tembaga. Harga energi sendiri diperkirakan akan tetap melambung pada tahun 2024, akibat dari gangguan pasokan energi global.

Rekomendasi