

inNalar.com – Perusahaan tambang di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini semakin jadi primadona di sektor ekonomi pertambangan.
Pasalnya penguasa tambang nikel yang satu ini berhasil menangkap peluang demam penggunaan baterai kendaraan listrik untuk kehidupan berkelanjutan di masa depan.
Seolah tidak ingin sia-siakan momentum demam nikel ini, pemain besar pertambangan ini bergerak cepat investasikan dana sebesar Rp16,5 triliun untuk ekspansi bisnisnya.
Baca Juga: Bunga Cuma 5 Persen! KUR Kecil BRI Siap Beri Rp500 Juta Guna Tambahan Modal Pelaku UMKM, Syaratnya…
Dana fantastis tersebut dimanfaatkan Harita Nickel, emiten yang bergerak di bidang energi ini, mampu mewujudkan pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia.
Bahkan, perusahaan tersebut mengklaim bahwa pabrik yang berhasil didirikannya memiliki kapasitas paling jumbo di dunia.
Pada dasarnya klaim tersebut cukup logis, mengingat pabrik yang berhasil dibangun tersebut dilengkapi dengan sistem canggih bernama teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL).
Apa yang menjadi cukup berbeda dari smelter nikel yang satu ini adalah, berkat adanya sistem HPAL ini.
Smelter ini memiliki kapasitas lebih yang mampu mengolah dan memurnikan kembali nikel limonit yang selama ini terabaikan untuk dimanfaatkan menjadi produk strategis.
Padahal nikel berkadar rendah ini bisa diolah kembali menjadi produk bercuan besar, yaitu menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Dari produk MHP tersebut, nantinya akan ada pengolahan lanjutan yang muaranya akan menghasilkan Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat.
Diketahui bahwa kedua bahan tersebut biasa digunakan untuk memasok ketersediaan industri baterai kendaraan listrik.
Jadi dengan adanya smelter canggih milik Harita Nickel ini, pihak pabrik mampu mengolah kembali nikel limonit yang memiliki kadar 1,1 sampai dengan 1,5 persen.
Baca Juga: Daftar Unggulan Odisha Masters 2023: Ada Ester Nurumi, Indonesia Optimis Mendominasi
Meski penerapan kapasitas produksinya masih bertahap, diramalkan bakal mampu hasilkan nikel sulfat sebesar 250 ribu Metrik Ton (MT).
Sementara untuk produk Kobalt Sulfat diketahui kapasitas produksinya bisa mencapai 30 ribu Metrik Ton (MT) setiap tahunnya.
Melansir dari dokumen Geologi ESDM tahun 2022, Maluku Utara sendiri punya simpanan cadangan terbesar di antara provinsi lainnya di Indonesia.
Cadangan komoditas nikel di provinsi ini diketahui sebesar 1.823.767.491 ton berdasarkan rilisan dara tahun lalu.
Kuantitas simpanan komoditas bernilai tinggi ini mengungguli Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki cadangan terbesar kedua setelah Maluku Utara.
Dengan demikian, dengan melihat peluang demam global demi wujudkan kehidupan berkelanjutan, pabrik nikel sulfat dengan sistem canggih HPAL ini mampu hadir menjadi pionir pemasok bahan baku baterai kendaraan listrik yang makin di buru dunia di kemudian hari. ***