

inNalar.com – Salah satu kota di Jawa Tengah, yakni Semarang kembali menjadi sorotan nasional dengan hadirnya proyek jalan tol berbahan dasar bambu pertama di Indonesia.
Inisiatif ini tidak hanya mencerminkan keunikan budaya lokal, tetapi juga menunjukkan langkah progresif menuju pembangunan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan.
Jalan Tol ini merupakan proyek pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak di Jawa Tengah seksi 1 yaitu meliputi Semarang – Sayung.
Baca Juga: Jelang Pilkada 2024, Presiden Prabowo, Wapres Gibran, hingga Kapolri Beri Pesan Damai
Hal inilah yang menjadi alasan ruas jalan tol ini menggunakan matras bambu sebagai platform dasar. Matras bambu yang telah dirakit akan dilapisi geotekstil dengan kekuatan 200 kilo newton, kemudian dilanjutkan dengan proses penimbunan *preloading* berupa pasir laut pada setiap lapisannya.
Matras bambu tersebut dirancang agar tidak mengapung di permukaan laut, melainkan akan tenggelam hingga mencapai dasar laut setelah proses penimbunan selesai.
Selain berfungsi sebagai jalan tol, konstruksi ini juga berperan sebagai tanggul laut untuk melindungi wilayah daratan Kota Semarang, Jawa Tengah, dari ancaman banjir akibat pasang air laut.
Baca Juga: Dampak Positif-Negatif Program 3 Juta Rumah Besutan Prabowo Subianto
Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak seksi 1, yang mencakup ruas Semarang-Sayung, memerlukan anggaran yang sangat besar. Proyek ini menghabiskan biaya hingga Rp10,9 triliun untuk menyelesaikan konstruksinya.
Melansir dari laman pidodowetan.kendalkab.go.id, Jalan Tol Semarang-Demak memiliki panjang keseluruhan 26,95 kilometer dan terbagi menjadi dua seksi:
Seksi 1 (Semarang-Sayung) sepanjang 10,64 kilometer, dengan biaya pembangunan Rp10,9 triliun.
Baca Juga: Pembangunan Flyover Sei Ladi di Batam Akan Tuntas Akhir Tahun Ini! Anggaran Rp132 Miliar Ga Sia-Sia
Seksi 2 (Sayung-Demak) sepanjang 16,31 kilometer, yang telah dibangun dengan investasi sebesar Rp5,9 triliun.
Total biaya pembangunan jalan tol ini mencapai Rp16,8 triliun.
Seksi 2, yaitu ruas Sayung-Demak, telah beroperasi sejak Februari 2023. Sementara itu, seksi 1 (Semarang-Sayung) masih dalam proses konstruksi dan ditargetkan selesai pada Februari 2027.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Berpotensi Buat APBN Defisit hingga Lumpuhkan Sektor Pendidikan
Jalan Tol Semarang-Demak sering dijuluki “Tol Atlantis” karena dibangun di atas perairan Laut Jawa dan sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut untuk melindungi wilayah dari potensi banjir rob.
Proyek yang digarap di Jawa Tengah ini tidak hanya berbicara tentang inovasi, tetapi juga menggali nilai-nilai budaya. Bambu telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Jawa, mulai dari bahan bangunan tradisional hingga seni kriya.
Penggabungan elemen tradisional ini dengan teknologi modern menciptakan jalan tol yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis.
Baca Juga: Masih Ada Harapan, Pemerintah Siapkan Skema untuk Tenaga Honorer yang Tidak Lolos Seleksi PPPK 2024
Penggunaan bambu dalam infrastruktur ini membawa sejumlah manfaat lingkungan, di antaranya:
Pengurangan Emisi Karbon, yaitu Produksi bambu menghasilkan emisi jauh lebih rendah dibandingkan beton.
Sumber Daya Terbarukan, yaitu Bambu bisa dipanen secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem.
Daya Serap Air yang Baik, yaitu Struktur bambu membantu mengurangi risiko banjir dengan meningkatkan resapan air di sekitar jalan tol.
Dengan keberanian inovasi yang memadukan tradisi dan teknologi, proyek jalan tol bambu ini berpotensi menjadi tonggak sejarah baru dalam dunia konstruksi ramah lingkungan. ***(Muhammad Yusuf Saputra)