Inilah Perbedaan Mencolok Wajah Orang Miskin dan Orang Kaya Menurut Penelitian


inNalar.com
– Ketika berbicara perbedaan antara orang miskin dan orang kaya, kebanyakan dari kita mungkin langsung membayangkan gaya hidup yang mencolok. Namun, status orang miskin dan orang kaya ternyata tergambar juga di wajah.

Hal ini yang menjadi temuan menarik dalam sebuah penelitian berjudul The Visibility of Social Class from Facial Cues yang dilakukan oleh R. Thora Bjornsdottir dan Nicholas O. Rule dari University of Toronto, yang dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa wajah seseorang bisa memberi petunjuk tentang status miskin dan kaya, bahkan saat mereka berpose dengan ekspresi netral.

Baca Juga: Daya Saing SDM Indonesia Kalah dari Singapura dan Malaysia, Kemendiktisaintek Siap Gempur Lewat Program Ini

Studi ini dilakukan dengan meminta sejumlah partisipan untuk menebak seseorang termasuk kelompok kaya atau miskin hanya berdasarkan foto wajah.

Hasilnya cukup mencengangkan. Secara keseluruhan, para peserta bisa menebak dengan akurasi di atas rata-rata, jauh lebih baik daripada sekadar menebak secara acak.

Mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi (lebih dari $150.000 per tahun) cenderung dinilai sebagai orang kaya, sedangkan mereka dengan penghasilan rendah (di bawah $35.000 per tahun) lebih sering dinilai sebagai orang miskin.

Baca Juga: 11 PTN Masih Buka Pendaftaran Jalur Mandiri hingga Juli 2025, Cek Daftarnya

Bahkan, ketika foto yang digunakan adalah foto wajah netral tanpa ekspresi berlebihan, perbedaan miskin dan kaya itu tetap bisa terlihat.

“Para partisipan ternyata secara tidak sadar menggunakan isyarat-isyarat halus dari wajah untuk membentuk persepsi sosial,” tulis dalam jurnal berjudul The Visibility of Social Class from Facial Cues.

Salah satu tanda mencolok adalah ekspresi afektif atau lebih mudahnya, kesan emosional yang terpancar dari wajah, sekalipun wajah tersebut sedang tidak berekspresi.

Baca Juga: Luasnya 11.295 M2, Pabrik Permen Terkenal di Pasuruan Jawa Timur Resmi Tutup, Ini Penyebabnya

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa wajah orang kaya memiliki kecenderungan untuk menampilkan ekspresi afektif positif, bahkan saat tidak sedang tersenyum lebar.

Bukan soal senyum basa-basi, tetapi lebih pada bagaimana kebiasaan hidup, pengalaman, dan kondisi psikologis seseorang bisa tersirat dalam garis-garis wajahnya.

Sebaliknya, wajah orang miskin cenderung menampilkan ekspresi afektif yang lebih datar atau bahkan sedikit negatif.

Bisa jadi cerminan dari tekanan hidup yang lebih besar, kecemasan finansial, atau pengalaman sosial yang berbeda.

Menariknya lagi, perbedaan orang miskin dan orang kaya tak hanya tampak dari wajah.

Dalam eksperimen lanjutan, peneliti juga menemukan bahwa persepsi tentang status sosial dari wajah seseorang bisa mempengaruhi penilaian lain, seperti kelayakan untuk direkrut dalam pekerjaan.

Lebih lanjut, wajah orang kaya cenderung dinilai lebih layak untuk direkrut atau dipromosikan. 

Temuan R. Thora Bjornsdottir dan Nicholas O. Rule memperkuat pandangan bahwa status sosial bukan hanya soal kekayaan, tapi juga bagaimana kehidupan sehari-hari membentuk ekspresi, bahasa tubuh, hingga mimik wajah.

Semakin lama seseorang berada dalam kondisi tertentu, semakin besar kemungkinan pengalaman itu tercermin dalam penampilan fisiknya.

Lebih jauh, penelitian ini juga menegaskan bahwa ketidaksetaraan sosial bukan hanya masalah angka, tapi juga masalah persepsi.

Jika wajah saja sudah bisa menjadi pembeda kelas, maka peluang untuk memperbaiki hidup bisa terkendala sejak awal interaksi sosial.

Penelitian ini membuka mata kita bahwa kadang bias sosial bekerja tanpa kita sadari.

Melihat wajah bukan lagi sekadar melihat rupa, tetapi juga membaca cerita panjang tentang latar belakang sosial seseorang.