Ini Alasan Indonesia Masih Tertinggal Jauh Soal Publikasi Imiah Scopus, Meski Punya Banyak Universitas

inNalar.com – Indonesia masih terus bergelut dengan bayang-bayang ketertinggalan, kali ini dalam konteks dunia akademik global. Meskipun memiliki banyak universitas yang bercokol di seluruh pelosok negeri, tapi ternyata negara ini masih kalah telak perihal publikasi artikel ilmiah.

Tidak hanya ironis, tapi kenyataan ini seolah mencabik optimisme dalam dunia pendidikan dan riset. Bukankah seharusnya kapasitas riset Indonesia lebih unggul jika dibandingkan negara Tiongkok yang notabene punya universitas yang lebih sedikit? Lalu pertanyaannya, kenapa bisa?

Melansir laman resmi bps.go.id, diketahui bahwa jumlah universitas di Indonesia, adalah berjumlah 964. Dengan banyaknya jumlah universitas yang ada, tentu hal ini bukan mengindikasi bahwa Indonesia kekurangan sumber daya yang notabene-nya para akademisi.

Baca Juga: Pesantren Terindah di Jawa Barat, Santri Bisa Nikmati Udara Sejuk Tasikmalaya Setiap Hari

Diketahui bahwa terdapat 732 universitas yang bercokol di Tiongkok. Dengan selisih angka yang mencapai 232 ini, tapi kenyataannya, kapasitas riset dan publikasi ilmiah bereputasi di negara Tirai Bambu justru lebih dahsyat.

Berdasarkan data yang dipaparkan dalam akun Instagram arbainpublishing, didapati fakta mengejutkan: bahwa Indonesia berhasil menyabet posisi ke-25 dalam jumlah publikasi ilmiah internasional pada tahun 2022, dengan total 43.300 artikel terindeks Scopus.

Sementara itu, Tiongkok dengan kekuatan publikasi luar biasaNya itu, negeri Tirai Bambu ini melampaui ekspektasi nalar, dengan total 1.004.745 terindeks Scopus di tahun yang sama.

Baca Juga: 400 Tahun Berdiri kokoh di Semarang, Ini Dia Pesantren Tertua se-Jawa Tengah

Menjadi satu paradoks yang sulit diterima, namun satu jawaban bisa menampar realita yang ada, bahwa negara Tiongkok ini memiliki komitmen yang kuat untuk membesut rekor sebagai negara yang menjadi kiblat rujukan artikel ilmiah.

Di Tiongkok, banyak para akademisi yang menyadari satu hal, bahwa barometer kesuksesan disini adalah ketika mereka bisa berkontribusi terhadap peradaban global. Sedangkan di Indonesia, lemahnya infrastruktur riset ini mengakar pada satu akar rumput masalah, lho!

Hal ini ternyata disebabkan karena kurangnya rasa adrenalin yang seharusnya menjadi satu distraksi untuk bersaing di pentas internasional. Hal ini seolah menunjukkan satu realita, bahwa negara ini seolah merasa puas atas segala nyaman, apalagi dengan tidak ada sedikitpun kesadaran atau stimulus dari masyarakat untuk terus berkembang.

Baca Juga: Jadwal Premier League Live SCTV dan Hasil Pekan 21 Malam Tadi: Liverpool Imbang, Arsenal Siap Mendekat

Tidak hanya faktor diatas, ada satu hal lain yang menjadi sebab kalah telaknya Indonesia di bidang publikasi ilmiah. Ternyata Tiongkok juga banyak mengadakan kolaborasi dengan 160 lembaga internasional untuk pengembangan riset, lho! Bahkan lebih dari itu, Tiongkok sendiri telah menganggarkan Rp 3 triliun untuk penelitian dan pengembangan (litbang).

Sebagai penutup, kekalahan ini bisa jadi satu hal yang menyedihkan, tetapi mungkin juga bisa mendistraksi semangat bagi para akademisi Indonesia untuk lebih menggenjot publikasi artikel ilmiah terindeks internasional. ***