

inNalar.com – Sekilas tidak ada yang aneh dengan kampung di pelosok Sumatera Utara ini, udara sejuk di ketinggian 1.139 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dan jalanan beraspal.
Namun bisa jadi Anda baru akan menyadari ketika melihat rumah yang seolah mati terbengkalai di kaki Gunung legendaris Sumatera Utara ini.
Tidak hanya satu rumah saja, tetapi hampir seluruh tempat tinggal memperlihatkan pemandangan yang serupa.
Baca Juga: Pinjol Merajalela, Ini Dia Strategi Cerdas BRI Atasi Tantangan di Era Transformasi Digital
Kayu mulai keropos, pakaian berserakan, sebagian memperlihatkan atap rumah yang tidak lagi kokoh bahkan sudah menghilang.
Pemandangan yang tidak senada dengan kesejukan wilayahnya tentu akan menimbulkan pertanyaan bagi para pengunjung desa ini.
Inilah Desa Berastepu di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dahulu ramai dipenuhi aktivitas manusia dengan segala aktivitasnya kini berubah menjadi kampung mati terbengkalai.
Baca Juga: Jadi Jawara Data dan Kolaborasi, BRI Raih Penghargaan dalam Digital Banking Awards 2024
Para pengunjung desa hanya dapat melihat sisa-sisa puing di antara semak belukar yang tumbuh liar dan tidak terurus.
Ya, sebanyak 500 rumah kini dibiarkan terbengkalai. Penghuninya memilih untuk tidak kembali lagi ke desa ini.
Sebelumnya, kampung terbengkalai ini sebagaimana perkampungan pada umumnya. Namun 11 tahun silam terdapat peristiwa besar yang mengubah segalanya.
Para penghuninya terpaksa pindah secara permanen. Letusan Gunung Sinabung menjadi faktor penyebabnya.
Bagi warga Sumatera Utara yang tinggal di sekitaran Kabupaten Karo tentu mengetahui bagaimana maha dahsyat letusan Gunung Sinabung.
Pada tahun 2013, gunung legendaris yang ada di Sumatera Utara ini menyebabkan sekitar 40 desa terdampak oleh letusannya.
“16 November 2021, itu masih level tiga atau siaga,” tutur Bapak Jeremi dari BPBD Karo, dikutip dari YouTube Fabian Median.
Kemungkinan adanya letusan menyusul hingga beberapa tahun mendatang inilah yang membuat warganya diimbau untuk tidak kembali ke kampung asal mereka.
Desa Berastepu menjadi salah satu di antara 18 desa di Kecamatan Simpang Empat yang terpaksa dikosongkan demi menyelamatkan warganya dari gempuran abu panas.
“Rekomendasi dari PPMJ Indonesia Desa Kuta Tonggang, Desa Gamber, Berastepu, dan Guru Kinayan juga wajib direlokasi,” lanjutnya.
Sungguh amat disayangkan, mengingat Desa Berastepu merupakan kampung terluas ke dua di wilayah Simpang Empat.
Luas desa terbengkalai ini mencapai 10,76 kilometer persegi. Kampung ini mengisi 11,51% dari total wilayah kecamatannya.
Kendati desanya kosong, data penduduknya masih tercatat rapi dalam dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) 2023. Total penghuninya ternyata mencapai 2.453 jiwa dengan sekitar 907 Kepala Keluarga.
Namun sesuai rekomendasi badan tim penanggulangan bencana daerah, kemungkinan adanya letusan yang menyusul membuat desa ini belum dapat dikatakan sebagai permukiman yang aman untuk ditinggali.
Menurut informasi, warga desa terdampak letusan Gunung Sinabung telah direlokasi ke daerah Siosar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.***