

inNalar.com – Nyamuk DBD adalah penyebab utama penyakit DBD yang terjadi pada manusia akibat tergigit oleh nyamuk tersebut.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina yang dominan atau Aedes Albopictus.
Ilmuwan dan dokter mencari berbagai cara dan strategi agar nyamuk DBD dapat berkurang atau menekan angka kematian manusia karena nyamuk ini.
Baca Juga: Tak Punya Otak, Ubur-ubur Belajar dari Mata dan Tentakelnya, Ilmuwan: Mereka Belajar dengan…
Penyakit DBD sendiri adalah penyakit yang berbahaya dan dapat menimbulkan kematian hanya dalam waktu singkat.
Biasanya nyamuk DBD mempunyai ciri berwarna hitam putih pada badan dan kaki dan hidup pada tempat yang lembab dan gelap.
Mencari mangsa pada siang hari dan sering menggigit di siang hari. Jika sudah terkena DBD terdapat tanda-tanda gejala mulai dari demam tinggi 2-17 hari.
Mengalami nyeri pada kepala sampai sendi-sendi. Pendarahan yang ditandai bintik-bintik merah pada kulit dan lainnya
Saat ini para ilmuwan menemukan penemuan strategi baru untuk melawan nyamuk DBD.
Para peneliti dari Institut Penelitian Malaria Johns Hopkins, Amerika Serikat telah menemukan temuan penting tentang nyamuk Aedes Aegypti.
Baca Juga: Benarkah Kucing Bisa Melihat Hal yang Tak Bisa Dilihat Manusia? Dokter Hewan Ini Ungkap Faktanya
Temuan itu mengarah pada metode dalam mengurangi penularan penyakit dari nyamuk terhadap manusia.
Penemuan ini juga mewakili kemajuan dalam memahami biologi nyamuk.
Para ilmuwan dalam penemuan ini membuka jalan untuk membuat nyamuk lebih rentan terhadap infeksi virus yang akan merusak kemampuan nyamuk pada penularan penyakit.
Baca Juga: Bandara Terbengkalai Seluas 580 ha di Jerman Diubah Menjadi Oasis Hijau, Ternyata Bukan Kali Pertama
Metode yang digunakan untuk pengendalian Ae. aedyptiemphasize ini menggunakan insektisida yang memiliki keberhasilan terbatas dan telah menyebabkan resistensi insektisida.
Studi baru menjelaskan bahwa nyamuk mempunyai protein Argonaute 2 (Ago2) yang berfungsi menjadi mekanisme antivirus pada tubuh mereka.
Sehingga membuat nyamuk tetap terlihat sehat padahal sudah terinfeksi virus.
Nyamuk yang kekurangan gen Ago2 mengalami penurunan dalam penularan virus dan nyamuk akan sakit lalu mati.
Para ilmuwan juga menunjukan peningkatan kematian juga disebabkan oleh cacat dalam dua proses lainnya yang terjadi pada Ago2.
Nyamuk yang kekurangan Ago2 dan terinfeksi arbovirus akan dibiarkan dengan hiperinfeksi serta kerusakan DNA yang meluas dan akumulasi limbah pada sel-sel nyamuk sekarat.
Temuan yang menunjukan strategi yang juga mengendalikan penyakit arbovirus baru ini juga merekayasa nyamuk.
Membuat infeksi arbovirus yang memicu hilangnya mekanisme toleransi nyamuk.
Pada penghambatan Ago2 nyamuk aegypti ini akan lebih cepat mati sedangkan dengan jumlah yang lebih besar dari non-arbovirus tidak akan terpengaruh.***