

InNalar.com – Siapa yang tak kenal Raminten House. Salah satu rumah makan yang menjadi wishlist apabila berkunjung ke Yogyakarta
Konsep tempat yang unik, menjadi salah satu kelebihan Raminten House untuk tetap bertahan diantara ratusan kuliner lainnya.
Berdiri sejak 26 Desember 2008, Raminten masih eksis selama 15 tahun. Raminten House sendiri didirikan oleh Hamzah Sulaiman, seorang seniman Ketoprak.
Selain menjadi seniman, Hamzah adalah pemilik Hamzah Batik yang dahulu bernama Mirota Batik Malioboro.
Nama Raminten House sendiri diambil dari salah satu peran Hamzah Sulaiman dalam acara komedi di televisi lokal, yaitu Jogja TV.
Pada acara tersebut, beliau memerankan sosok perempuan Jawa yang mengenakan busana Jawa.
Dari peran tersebut kemudian muncullah ide untuk membuat rumah makan yang diberi nama Raminten House.
Pada awal berdirinya, Raminten House hanya berjualan beraneka macam jamu. Seiring berkembangnya, Raminten juga berjualan kuliner sego kucing yang dibandrol harga mulai dari Rp 1000.
Harga yang sangat murah ini membuat rumah makan di Yogyakarta ini mulai dikenal oleh orang. Bahkan orang rela mengantri demi mendapatkan sego kucing harga “spektakuler”.
Apabila kita mengunjungi Raminten, kita akan langsung disambut sikap ramah para pelayan yang mengenakan pakaian adat.
Salah satu yang ditonjolkan dalam rumah makan Raminten House di Yogyakarta adalah konsep tempat dan pakaian pelayannya yang mengusung budaya Jawa.
Pengunjung akan disambut juga dengan wangi harum dupa yang sering dijumpai di rumah Jawa.
Tentu saja patung perempuan menggunakan konde dan kebaya menjadi daya tarik para pengunjung Raminten House.
Menu kuliner yang disuguhkan Raminten House Yogyakarta cukup beraneka macam dan memiliki nama-nama unik, seperti Gurameh Pangurakan, Dawet Jumbo Gladri, Bubur Kelasworo, Bangjo Pecinan, dan masih banyak lagi.
Penyajian menu-menu kuliner Yogyakarta tersebut juga dilakukan menggunakan wadah yang unik dan diharapkan pengunjung akan mendapat kesan keunikannya.***