

inNalar.com – Masyarakat Muslim di seluruh Afghanistan merayakan Hari Raya Idul Fitri 2022 pada hari Minggu, 1 Mei 2022.
Umumnya, di momen Hari Raya Idul Fitri, kita bakal menemukan banyak hidangan lezat di atas meja yang disuguhkan.
Kendati demikian, hal itu hanya jadi isapan jempol bagi warga Afghanistan.
Baca Juga: Tepat di Hari Ulang Tahunnya, Leonardo Bonucci Kunci Tiket Juventus di Liga Champions Musim Depan
Pasalnya, menurut PBB, lebih dari 90 persen warga Afghanistan menghadapi kekurangan makanan. Bahkan, salah satu sumber yang tidak ingin diungkap namanya mengatakan Hari Raya Idul Fitri hanya membawa sedikit kebahagiaan.
Dilansir inNalar.com dari Aljazeera, terdapat seorang pria yang berumur 38 tahun, telah berjuang mati-matian di Afghanistan untuk mendapat sesuap nasi.
Puncaknya, tatkala Afghanistan diambil alih oleh Taliban pada Agustus lalu.
Baca Juga: Budget Murah Meriah, Inilah 5 Kota yang Cocok Dijadikan Destinasi Wisata saat Libur Lebaran 2022
Lebih lanjut, dalam menghidupi keluarganya ia rela mengambil beberapa sisa potongan roti dari toko roti, guna bisa menghidupi keluarganya yang terdiri 17 anggota.
“Tapi saya tidak berharap kita akan mendapatkan banyak bahkan untuk Idul Fitri. Siapa yang akan memberi saya uang atau makanan? Seluruh kota hidup di bawah kemiskinan. Saya tidak pernah melihat hal seperti itu bahkan di kamp-kamp pengungsi tempat saya dibesarkan,” katanya.
Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini menjadi yang terburuk dalam hidupnya.
Baca Juga: Hari ini Lebaran, Berikut Link Twibbon Kartu Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2022
Baca Juga: Gambaran Arwah Anak Kecil yang Sudah Meninggal Dunia, Ibu Bapak dapat Syafaat
“Setiap Ramadhan dan Idul Fitri kami berkumpul bersama keluarga dan masyarakat untuk beribadah. Bulan ini dan Idul Fitri selalu tentang persatuan dan pengampunan bagi kami, tetapi tahun ini sebaliknya,” tuturnya kepada wartawan.
“Ini adalah Ramadhan terburuk dalam hidup saya; kami tidak hanya kelaparan, tetapi tidak ada persatuan, kami juga tidak dapat beribadah dengan damai,” katanya, merujuk pada serangan baru-baru ini terhadap masjid di Afghanistan.***