Hari Puisi Sedunia 2022, Siapa Sangka Ternyata Pujangga Masa Kerajaan Berkedudukan Jadi Tangan Kanan Raja?

inNalar.com – UNESCO menetapkan peringatan Hari Puisi Sedunia jatuh pada tanggal 21 Maret. Puisi atau syair adalah unsur yang tidak dapat dilepaskan dari Pujangga.

Pujangga atau bujangga sendiri merupakan sebutan bagi para pengarang hasil-hasil sastra, baik puisi maupun prosa; ahli pikir; ahli sastra. Lazimnya penyebutan istilah pujangga hanya digunakan pada masa sebelum tahun 1945.

Bagimana dengan kedudukan pujangga pada masa kerajaan klasik atau kala berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu Budha ? Pujangga memiliki peran sentral karena ia bisa dikatakan sebagai tangan kanan raja.

Baca Juga: Profil Miguel Oliviera, Pemenang yang Dapatkan Podium di MotoGP Mandalika 2022

Pada masa kerajaan Hindu Budha, pujangga memiliki kedudukan penting yang memiliki kewajiban untuk mengabdikan dirinya kepada raja yang berkuasa.

Peranan dari pujangga ialah memperbesar kekuatan magis raja atau mengkultuskan raja dengan karya-karyanya.

Sebagian besar dari karya yang dihasilkan oleh para pujangga keraton atau kerajaan, baik berupa syair pujaan ataupun nasehat, raja selalu digambarkan dengan idiom-idiom sufistik.

Baca Juga: Gaya Kocak Fabio Quartararo Tiru Aksi Pawang Hujan Indonesia Pakai Mangkuk dan Sendok, Ini Komentar Warganet

Karya tersebut menceritakan kesucian, kehebatan dan kesaktian raja yang menciptakan kharismatik raja dihadapan rakyatnya.

Tak jarang pujangga bertindak sebagai penasehat raja, penyambung lidah raja ketika menyampaikan amanat kepada rakyatnya.

Para pujangga mengubah tradis lisan menjadi cerita sejarah dalam naskah-naskah, keaslian cerita dan historisitas periwayatan bisa terjaga keasliannya sehingga tidak terjadi distorsi dan penambahan, bercampur dengan legenda dan mitos.

Baca Juga: Kepala Otorita IKN Bambang Susantono Kunjungi KPK, Ini yang Dibahas

Selain itu, kedudukan pujangga diperlukan dalam pelaksanaan tradisi keagamaan, misalnya tradisi pembacaan teks karya sastra oleh masyarakat Sasak, Lombok yang disebut dengan pepaosan.

Pujangga merupakan penulis peristiwa masa lampau yang menggambarkan keadaan politik dan pengalaman pribadinya di tengah situasi tak menentu di sekelilingnya melalui karya-karyanya.

Misalnya pada masa korupsi yang merajalela, kehidupan masyarakat morat-marit.

Katakanlah pujangga Ranggawarsita yang menggambarkan keprihatinannya dalam bait-bait tembangnya Sabda Pranawa.

Baca Juga: Haji Faisal Angkat Bicara Soal Kabar Doddy Sudrajat yang Digugat Cerai Puput, Begini Tanggapannya

Dia menggambarkan betapa beratnya tugas dan kedudukan yang diemban sebagai pujangga.

Di situ dia mengatakan lebih kurang sebagai berikut:

“Tugasnya terlebih gawat dan rumit, dan tak dapat ditinggalkannya. Akan tetapi hati sang pujangga dilanda kebimbangan, jangan-jangan khilaf pandangan batinnya, yang ditujukan bagi kesejahteraan hidup, lantara suasana hatinya baru prihatin, yang selalu menjerat hatinya.”***

Rekomendasi