Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika 18 April, Simak Sejarah KAA Membangun Persatuan Negara Asia Afrika

InNalar.com – Tanggal 18 April diperingati sebagai hari apa? jawabannya adalah Peringatan Konferensi Asia Afrika yang dihelat di Bandung.

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika yang biasanya disingkat dengan KTT Asia Afrika atau KAA atau kadang juga disebut Konferensi Bandung merupakan sebuah konferensi yang diadakan antar negara di Asia – Afrika.

Dilansir inNalar.com dari akun youtube Humas Arsip Nasional RI, sejarah Konferensi Asia Afrika dapat terbentuk atas dasar Konferensi Kolombo yang dilaksanakan pada tanggal 28 April-2 Mei 1954, dihadiri oleh 5 Perdana Menteri Srilangka, Birma, India, Indonesia, dan Pakistan.

Baca Juga: Ivan Gunawan Siap Buat Masjid Megah dan Terbesar di Uganda Afrika, akan Dinamai Masjid Indonesia

Setelah serangkaian pertemuan dan penjajakan yang dilakukan oleh Indonesia, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengundang kembali para perdana menteri yang hadir di Konferensi Kolombo untuk mengadakan pertemuan di Bogor pada tanggal 28-31 Desember 1954.

Konferensi Bogor menghasilkan keputusan bahwa Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada bulan April 1955 di Bandung.

Untuk mewujudkan rekomendasi Konferensi Bogor dan dalam rangka melaksanakan Konferensi Asia Afrika Indonesia membentuk sekretariat bersama dengan 5 negara penyelenggara lainnya.

Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Ruslan Abdulgani, yang saat itu berperan sebagai ketua panitia bersama.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Paskah yang Jatuh pada 17 April 2022, Lengkap Beserta Langkah Pembuatannya

Selanjutnya pemerintah Indonesia membentuk panitia Interdepartemental.

Di Bandung, tempat penyelenggaraan konferensi, dibentuk panitia setempat pada tanggal 3 Januari 1955 yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata selaku Gubernur Jawa Barat.

Panitia setempat bertugas mempersiapkan dan melayani hal-hal yang berkaitan dengan akomodasi, logistik, transportasi, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, informasi, dan lainnya.

Pada tanggal 16 April 1955, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo bersama Menteri Luar Negeri, Sunario, menyambut kedatangan para delegasi, antara lain:

Baca Juga: Profil Putra Siregar Pemilik PS Store yang Ditangkap karena Dugaan Penganiayaan

  1. Perdana Menteri China : Chou En Lai
  2. Perdana Menteri Mesir : Gamel Abdul Naser
  3. Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
  4. Perdana Menteri Birma (Myanmar) : U Nu
  5. Perdana Menteri Sri Langka : Sir John Kotelawala

Pada hari Senin, 18 April 1955 pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger secara berkelompok menuju Gedung Merdeka untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika.

Banyak diantara delegasi yang mengenakan pakaian nasional dari negara masing-masing. Mereka disambut hangat oleh masyarakat yang berdiri di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak-sorai.

Perjalanan para delegasi dari hotel ini kemudian dikenal dengan nama ‘Langkah Bersejarah’ atau ‘The Bandung Walk’.

Sekitar pukul 09.00 WIB, semua delegasi sudah tiba di Gedung Merdeka. Tidak lama kemudian iring-iringan kendaraan presiden dengan wakil presiden RI tiba. Priseden Soekarno selanjutnya membuka penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung.

Dalam pembukaan sidang Konferensi Asia Afrika, Presiden Soekarno berpidato dengan judul, “Let a New Asia and New Africa be Born”

Baca Juga: Beberapa Pernyataan Ade Armando yang Mengundang Kontroversi Sebelum Akhirnya Dikeroyok

Beliau mengajak sidang Konferensi Asia Afrika untuk membangun Asia-Afrika baru yang bebas, damai, merdeka, dan tidak terikat pada blok manapun.

Presiden Soekarno menganjurkan perlunya persatuan antar bangsa-bangsa di Asia dan Afrika serta mencari jalan perdamaian untuk seluruh umat manusia.

Setelah Presiden Soekarno mengakhiri pidatonya, ia bersama rombongan meninggalkan ruangan. Sementara para delegasi kembali bersidang.

PM Ali S. terpilih sebagai ketua konferensi sedangkan sekretars jenderal dijabat oleh Roeslan Abdulgani.

Dalam pidatonya, PM Ali S. menyampaikan asal-usul, dasar, dan tujuan Konferensi Asia Afrika, serta mengharapkan Konferensi Asia Afrika dapat memberikan sumbangan bagi perdamaian dan kerja sama dunia.

Pada malam harinya, digelar acara malam kesenian di halaman kantor gubernur Jawa Barat. Beberapa kesenian dari Tanah Pasundan ditampilkan antara lain, angklung dan sejumlah tarian tradisional.

Baca Juga: Profil Ade Armando, Dosen UI yang Babak Belur Dikeroyok Massa saat Aksi Demonstrasi

Pada tanggal 19 April 1955, para delegasi negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika kembali bersidang. Agenda pada hari kedua adalah melanjutkan pembacaan pidato para ketua delegasi, diantaranya:

  1. Delegasi Jepang: Peningkatan Kesejahteraan Bangsa Asia – Afrika.
  2. Delegasi Yordania: mengingatkan para peserta konferensi untuk menjaga perdamaian dunia, khususnya Palestina.
  3. Delegasi Liberia: menganggap konferensi ini sebagai kebangkitan bangsa Asia – Afrika.
  4. Delegasi Pakistan: peningkatan hubungan ekonomi, politik, dan budaya.
  5. Delegasi Filipina: kebebasan berpolitik.
  6. Delegasi Syria: meningkatkan perdamaian di tengah ketegangan dunia akibat perang dingin.
  7. Delegasi Republik Rakyat Tiongkok: keinginan untuk melaksanakan prinsip-prinsip “Peacefull Co-Existance” dalam hubungan internasional.

Selanjutnya sidang pleno membentuk 3 komite yaitu komite politik dengan ketua Ali S., komite ekonomi diketuai oleh Prof. Ir. Rooseno yang merupakan seorang Menteri Perekonomian Indonesia, komite kebudayaan yang diketuai oleh Muh. Yamin sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Penyerangan, Pengeroyokan hingga Pemukulan Terhadap Ade Armando

Semua sidang komisi bersifat tertutup dan dilaksanakan di 2 tempat, yaitu Gedung Dwiwarna dan Gedung Merdeka.

Setelah menyelesaikan sidang komisi selama 1 minggu, maka diadakan sidang umum terakhir Konferensi Asia Afrika pada tanggal 24 April 1955 yang ditutup dengan pembacaan rumusan pernyataan dari setiap komite oleh Roeslan Abdulgani.

Rumusan tersebut dituangkan dalam 1 komunike akhir yaitu, “Cara-Cara Bagaimana Negara Asia – Afrika Dapat Bekerja Sama Lebih Erat di Bidang Politik, Ekonomi, dan Kebudayaan.”

Hasil Konferensi Asia Afrika yang paling monumental adalah, “Declaration on The Promotion of World Peace and Cooperation” atau yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung.

Dasasila Bandung merupakan suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dunia.

Baca Juga: Apa Itu Hari Libur Kenaikan Isa Almasih yang Jatuh pada 15 April 2022, Apa Hubungannya dengan Perayaan Paskah?

Konferensi Asia Afrika telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama diantara negara Asia – Afrika. Konferensi ini juga telah mengilhami konferensi lain, seperti:

  • Konferensi Wartawan Asia – Afrika
  • Konferensi Islam Asia – Afrika
  • Konferensi Pengarang Asia – Afrika
  • Konferensi Mahasiswa Asia – Afrika.                                   

Itu tadi perjalanan Konferensi Asia Afrika secara historis, kita patut bangga karena negara kita menjadi salah satu pelopor terciptanya perdamaian dan kesejahteraan dunia.***

Rekomendasi