

inNalar.com – Hari Kartini 21 April 2022 merupakan momentum terbaik meneladani kepahlawanan anak bangsa, wanita yang berasal dari Jepara Jawa Tengah itu berjuang untuk haknya.
RA Kartini bukanlah satu-satunya perempuan pribumi yang memiliki semangat tinggi untuk berkorban jiwa dan raga demi bangsa dan negara, ada banyak wanita yang bahkan turun langsung melawan penjajah saat itu.
Sebut saja Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Laksamana Malahayati dari Aceh, perjuangan ketiganya benar-benar nyata demi kemerdekaan dan untuk membela apa yang menjadi hak bagi wanita maupun bangsanya.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Sangat Terpukul atas Meninggalnya Sang Bayi Laki-Laki: Kau Malaikat Kami
Kemudian dari daerah lainnya yaitu Banten ada Nyi Ageng Serang dan asal Maluku terdapat pahlawan wanita Kristina Martha Tiahahu, semua telah berjuang dan berkorban. Tinggal generasi penerusnya mampukah mengisi kemerdekaan dengan hal-hal baik dan bermanfaat.
Dikutip inNalar.com dari artikel Jurnal Medan berjudul “5 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Berjuang Rebut Kemerdekaan di Medan Perang, 2 Diantaranya dari Aceh“ pada Senin, 19 April 2022 pertama Cut Nyak Dien.
1. Cut Nyak Dhien
Perempuan yang lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh pada 1848, Cut Nyak Dhien berasal dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar.
Cut Nyak Dhien mulai terjun ke medan perang pada tahun 1880. Akibat perang, suami pertamanya yaitu Teuku Cek Ibrahim Lamnga tewas saat bertempur pada 29 Juni 1878.
Kemudian Cut Nyak Dhien terus berjuang melawan Belanda hingga ditangkap dan diasingkan di Sumedang, Jawa Barat bersama tahanan politik Aceh lainnya.
Cut Nyak Dhien meninggal di pengasingan pada 6 November 1908 dan makamnya ditemukan pada 1959.
2. Cut Meutia
Aceh juga punya pejuang perempuan lain yang Bernama Cut Meutia. Cut Nyak Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga.
Walaupun begitu, Cut Meutia ikut bergerilya melawan Belanda sejak tahun 1901. Ia menikah dengan Pang Nanggroe setelah suami pertamanya Selama mengangkat senjata, ia berhasil menyerbu pos-pos Belanda.
Cut Meutia gugur pada tanggal 24 Oktober 1910 di Alue Kurieng, Aceh.
Baca Juga: Simak Profil Alvin Jonathan Sang Juara X Factor Indonesia, Pernah Nomor Tiga Idol Cilik 2009
3. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu pada usia 17 Tahun telah berperan serta dalam perjuangan rakyat timur untuk melawan penjajah.
Ia lahir pada 4 Januari 1800 di Nusa Laut, sebuah pulau yang terletak 70 kilometer dari Kota Ambon, Maluku.
Ayahnya adalah Kapiten Paulus Tiahahu, orang terpandang di Nusa Laut.
Martha Christina Tiahahu bergabung dengan perlawanan Thomas Matulessy atau yang kerap kita kenal dengan Kapitan Pattimura.
Baca Juga: Bayi Laki-Laki Cristiano Ronaldo Meninggal Dunia, CR7: Kamu Adalah Malaikat kami
4. Laksamana Keumalahayati
Perempuan yang memiliki nama asli Malahayati merupakan laksamana perempuan pertama di Indonesia. Malahayati sudah berperang melawan penjajah sejak tahun 1599.
Salah satu aksi heroiknya adalah ketika ia berhasil membunuh Cornelis de Houtman pada 11 September 1599 di atas geladak kapal.
Menurut catatan sejarah, Cornelis de Houtman tewas setelah kena tikam rencong Laksamana Malahayati, sebagaimana dilansir dari National Geographic.
Baca Juga: Viral di TikTok, Lirik Lagu Peri Cintaku Ziva Magnolya
5. Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang memiliki nama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Adi lahir di Serang pada 1752.
Kustiyah pun bergabung dalam Perang Diponegoro. Ia memiliki taktik strategi perang yang hebat. Karena hal inilah Diponegoro Kustiyah berperan sebagai penasihat dalam siasat perang.
Pada 1828 ketika perang masih berlangsung, Nyi Ageng Serang meninggal dunia pada usia 76 tahun.
Itulah 5 Pahlawan Perempuan Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan di Medan Perang.***
(Irwansyah Panjaitan/Jurnal Medan)