

inNalar.com – Patut diacungi jempol performa kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk. Meski dua faktor besar tengah merintanginya, cuan per kuartal III tahun 2023 berhasil dikendalikan oleh perusahaan ini.
Dalam hal ini, penurunan pendapatan keuangan agaknya sulit dihindari PTBA, tetapi setidaknya penyusutan bisa ditahan hingga Rp3 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023, pemasukan perusahaan tambang batu bara ini tercatat sebesar Rp27,7 triliun.
Namun jika diperhatikan dengan saksama, pada tahun sebelumnya emiten ini berhasil tembuskan cuan hingga Rp31 triliun.
Meski pendapatan menurun, rupanya beban pengeluaran perusahaan terpantau naik dari 26 persen selama setahun terakhir.
Jadi beban pokok pendapatan yang mulanya hanya dikeluarkan sebesar Rp17 triliun, tahun 2023 justru pengeluarannya membengkak hingga Rp21,8 triliun.
Rupanya peningkatan beban biaya ini tidak terlepas dari adanya tiga faktor besar yang cukup menjadi goncangan kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk.
Kedua tantangan ini dibeberkan secara gamblang oleh perusahaan batu bara ini melalui keterangan resmi tertulisnya pada 31 Oktober 2023.
Utamanya adalah terkait koreksi harga batu bara yang terpantau turun 33 persen selama setahun terakhir dan fluktuasi pasar yang turut mengguncang dinamika kinerja perusahaan.
Apabila di tahun sebelumnya harga batu bara per ton mencapai Rp128,5 USD, tetapi sepanjang tahun 2023 merosot di harga Rp86,3 per ton.
Alhasil pendapatan perusahaan tertekan ikut menurun dibanding periode kinerja tahun sebelumnya.
Terbukti pada tahun sebelumnya pendapatan batu bara menyumbang pendapatan sebesar Rp30,67 triliun.
Kemudian di tahun ini PT Bukit Asam hanya mencatatkan pendapatan darin sektor ini sebesar 27,33 triliun.
Selain harga batu bara yang ambles, rupanya kenaikan harga pokok penjualan alias beban biaya produksi ikut meningkat.
Alhasil pengeluaran perusahaan yang kian membengkak pun sulit terhindarkan, terlihat jika sebelumnya PTBA hanya mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp16,45 triliun.
Pada tahun 2023, beban biaya produksi naik jadi Rp18,64 triliun. Perlu diketahui bahwa bentuk pengeluarannya mencakup berikut ini.
Pengeluaran perusahaan paling besar terletak pada biaya jasa penambangan sebesar Rp7,6 triliun, disusul oleh jasa angkutan kereta api Rp6,2 triliun.
Belum lagi bahan bakar dan pelumnas, sewa alat berat kendaraan dan peralatan hingga gaji dan imbalan karyawan perlu dipenuhi Bukit Asam sebagai kewajibannya.
Meski begitu, sejauh ini perusahaan yang berbasis di industri pertambangan batu bara ini masih mampu memenuhi cakupan pasokan produksi ke beberapa proyek.
Terlebih garapan proyek angkutan batu bara jalur kereta api yang bekerja sama dengan KAI semoga segera dirampungkan guna efisiensi biaya distribusinya.
Demikian sedikit dinamikan kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk yang diketahui tengah hadapi tantangan besar pada tahun 2023. ***