Harga Batu Bara Ambles 33 Persen, PT Bukit Asam Berhasil Tahan Longsor Pendapatan hingga Rp3 Triliun, Cuannya Jadi Segini

inNalar.com – Patut diacungi jempol performa kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk. Meski dua faktor besar tengah merintanginya, cuan per kuartal III tahun 2023 berhasil dikendalikan oleh perusahaan ini.

Dalam hal ini, penurunan pendapatan keuangan agaknya sulit dihindari PTBA, tetapi setidaknya penyusutan bisa ditahan hingga Rp3 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023, pemasukan perusahaan tambang batu bara ini tercatat sebesar Rp27,7 triliun.

Baca Juga: Dulang Cuan Rp27,7 Triliun, Bukit Asam Kongsi Bareng KAI dan PLN Garap Proyek Angkutan Batu Bara di Sumatera Selatan, Kapasitasnya Meroket hingga..

Namun jika diperhatikan dengan saksama, pada tahun sebelumnya emiten ini berhasil tembuskan cuan hingga Rp31 triliun.

Meski pendapatan menurun, rupanya beban pengeluaran perusahaan terpantau naik dari 26 persen selama setahun terakhir.

Jadi beban pokok pendapatan yang mulanya hanya dikeluarkan sebesar Rp17 triliun, tahun 2023 justru pengeluarannya membengkak hingga Rp21,8 triliun.

Baca Juga: Resmi Mangkrak! Megaproyek dengan Pagu Anggaran APBD Rp31 Miliar di Sumatera Barat Ini Pembangunannya Tak Dilanjutkan Sebab…

Rupanya peningkatan beban biaya ini tidak terlepas dari adanya tiga faktor besar yang cukup menjadi goncangan kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk.

Kedua tantangan ini dibeberkan secara gamblang oleh perusahaan batu bara ini melalui keterangan resmi tertulisnya pada 31 Oktober 2023.

Utamanya adalah terkait koreksi harga batu bara yang terpantau turun 33 persen selama setahun terakhir dan fluktuasi pasar yang turut mengguncang dinamika kinerja perusahaan.

Baca Juga: Nilainya 1,68 Miliar USD, PLTU Garapan PT Bukit Asam di Muara Enim Sumatera Selatan Ini Andalkan Teknologi Flue Gas Desulphurization, Apa Efeknya?

Apabila di tahun sebelumnya harga batu bara per ton mencapai Rp128,5 USD, tetapi sepanjang tahun 2023 merosot di harga Rp86,3 per ton.

Alhasil pendapatan perusahaan tertekan ikut menurun dibanding periode kinerja tahun sebelumnya.

Terbukti pada tahun sebelumnya pendapatan batu bara menyumbang pendapatan sebesar Rp30,67 triliun.

Baca Juga: Debit Air Sudah Terisi 53 Persen, Bendungan Senilai Rp1,65 Triliun Ini Akan Aliri Lahan Seluas 2.214 Ha, Diresmikan Awal 2024!

Kemudian di tahun ini PT Bukit Asam hanya mencatatkan pendapatan darin sektor ini sebesar 27,33 triliun.

Selain harga batu bara yang ambles, rupanya kenaikan harga pokok penjualan alias beban biaya produksi ikut meningkat.

Alhasil pengeluaran perusahaan yang kian membengkak pun sulit terhindarkan, terlihat jika sebelumnya PTBA hanya mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp16,45 triliun.

Baca Juga: Anggarannya Rp28,5 Miliar, Proyek Revitalisasi Terminal di Mataram Ini Bikin Pedagang Terdampak Relokasi

Pada tahun 2023, beban biaya produksi naik jadi Rp18,64 triliun. Perlu diketahui bahwa bentuk pengeluarannya mencakup berikut ini.

Pengeluaran perusahaan paling besar terletak pada biaya jasa penambangan sebesar Rp7,6 triliun, disusul oleh jasa angkutan kereta api Rp6,2 triliun.

Belum lagi bahan bakar dan pelumnas, sewa alat berat kendaraan dan peralatan hingga gaji dan imbalan karyawan perlu dipenuhi Bukit Asam sebagai kewajibannya.

Baca Juga: Sejak 2015 Kementerian PUPR Berhasil Rehabilitasi 29 Pasar di Berbagai Daerah, Salah Satunya Ada di Maluku, Namanya…

Meski begitu, sejauh ini perusahaan yang berbasis di industri pertambangan batu bara ini masih mampu memenuhi cakupan pasokan produksi ke beberapa proyek.

Terlebih garapan proyek angkutan batu bara jalur kereta api yang bekerja sama dengan KAI semoga segera dirampungkan guna efisiensi biaya distribusinya.

Demikian sedikit dinamikan kinerja keuangan PT Bukit Asam, Tbk yang diketahui tengah hadapi tantangan besar pada tahun 2023. ***

 

Rekomendasi