Harga Bahan Pangan di Jakarta Selatan Meroket Jelang Lebaran, Begini Pendapat Bapanas

inNalar.com – Menjelang Lebaran, harga-harga bahan pokok kembali menari-nari di atas kepala rakyat kecil, seolah-olah ikut merayakan hari besar dengan caranya sendiri. Salah satu komoditas yang mengalami lonjakan fantastis adalah cabai dan bawang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Pedagang sayur yang sudah bertahun-tahun menghadapi naik-turun harga pasar, mengakui bahwa kenaikan kali ini lebih ganas dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Harga cabai yang sebelumnya masih bisa dibeli dengan harga Rp 60 ribu per kilogram, kini melesat ke angka Rp 80 ribu per kilogram. Tak mau ketinggalan, bawang merah juga ikut-ikutan naik dari Rp 40 ribu menjadi Rp 60 ribu per kilogram.

Baca Juga: Bikin Merinding! Ritual Sakral Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta Jadi Ajang Rebutan Gunungan

Fenomena tahunan ini tentu bukan hal baru. Seperti lagu lama yang terus diulang, harga kebutuhan pokok selalu meroket menjelang Lebaran.

Pemerintah pun seperti biasa, datang dengan janji-janji manis bahwa stok pangan aman dan harga akan terkendali.

Namun, fakta di lapangan berkata lain: kantong rakyat semakin menipis, sementara harga kebutuhan terus menanjak tanpa ampun. Pertanyaannya, apakah ini strategi pasar atau justru permainan harga yang sudah menjadi tradisi tersendiri?

Baca Juga: Dihujani Pertanyaan Nyinyir Saat Lebaran? Begini Trik Jitu dan Counter Attack yang Elegan!

Kenaikan harga ini, menurut para pedagang, bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Cuaca yang kurang bersahabat dan permintaan yang melonjak menjelang Lebaran menjadi biang keladinya.

Namun, di tengah lonjakan harga cabai dan bawang yang bikin kantong menjerit, masih ada secercah kabar baik: harga telur tetap setia di tempatnya, beras masih anteng, dan daging baik ayam maupun sapi tidak ikut-ikutan meroket.

Setidaknya, untuk urusan protein dan karbohidrat, dompet masyarakat masih bisa bernapas lega, kan?

Baca Juga: 5 Aktivitas Penting di Rest Area Ini Sering Dianggap Sepele saat Mudik Lebaran 2025, No. 3 Rugi Kalau Gak Diintip!

Menjawab hal tersebut, Pemerintah memastikan stok pangan nasional menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025 masih aman, sehingga harga pangan pun masih di angka yang relatif stabil.

Sementara itu, Sarwo Edhy, selaku Plt Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengemukakan pendapatnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPR terkait ketersediaan pangan menjelang Idul Fitri dan swasembada pangan.

“Berdasarkan proyeksi neraca pangan Januari-Desember 2025, ketersediaan 13 komoditas pangan cukup memenuhi kebutuhan Idul Fitri maupun hingga akhir tahun 2025,” ucapnya, di Gedung DPR RI, Pada Senin 24 November 2025, dikutip dari laman nasional.kompas.com.

Namun, pernyataan itu tampaknya berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan. Harga yang terus melonjak membuktikan bahwa sistem stabilisasi harga masih jauh dari kata sempurna.

Jadi, siapa yang sebenarnya menikmati kenaikan harga ini? Para petani, pedagang, atau ada pihak lain yang bermain di belakang layar? Apakah fenomena ini memang tidak bisa terhindarkan atau justru ada yang diuntungkan di balik gejolak harga ini?

Baca Juga: Jalanan Jakarta Makin Lega, Daerah di Yogyakarta Ini Bersiap Sambut 2 Juta Pemudik saat Libur Lebaran 2025

Yang jelas, bagi masyarakat yang harus menyesuaikan anggaran belanja, kenaikan harga ini lebih terasa seperti kutukan tahunan daripada sekadar fluktuasi pasar biasa. Jadi, bagaimana menurutmu? ***