

inNalar.com – Jembatan Youtefa yang berada di Jayapura dan menjadi landmark kebanggaan masyarakat Papua ternyata memiliki fakta unik yang tidak diketahui banyak orang.
Jembatan yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 itu menghubungkan Kota Jayapura dan Distrik Muara Tami.
Kepala Balai Jembatan, Panji Krisna Wardana, mengungkap betapa dramatisnya pembangunan jembatan pelengkung baja terpanjang di Papua tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa pembangunan jembatan tersebut merupakan salah satu proyek paling berkesan baginya.
Hal itu diungkapkan Panji melalui YouTube pupr_binamarga yang bertajuk Penyelenggaraan Keamanan Jembatan Khusus belum lama ini.
Jembatan Youtefa Dibangun di Surabaya
Diketahui, jembatan ikonik yang diabadikan pada gambar uang pecahan Rp75.000 tersebut sebagian besar pembangunannya dikerjakan di Surabaya, Jawa Timur.
Segmen-segmen jembatan yang sudah setengah jadi kemudian diangkut melalui jalur laut.
Jembatan yang dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya (Persero) itu kemudian dibuatkan ponton khusus lalu ditarik menggunakan kapal.
Mengarungi ribuan mil lautan, pengangkutan jembatan dengan beban ratusan ton itu mengalami tantangan yang tidak mudah.
Baca Juga: Cuma Hitungan Menit! Bayar Tagihan Belanja di Indomaret Kini Bisa Pakai Aplikasi BRImo
Pasalnya, jembatan dibawa ke Papua ketika musim angin sedang kencang.
“Waktu itu musim gelombang besar. Kita monitor setiap detik, pas hilang sinyal wah (panik),” ungkap Panji Krisna seperti dikutip oleh inNalar.com pada Rabu, 15 November 2023.
Sesampainya di Jayapura, kendala juga masih dihadapi pihak kontraktor.
Jembatan yang masih di atas ponton kemudian dibentangkan, lalu diangkat dengan sistem lifting untuk dirakit.
Namun, pengangkatan jembatan kembali menghadapi masalah alam yakni kencangnya angin di Teluk Youtefa.
“Bisa kebayang? Sudah bawanya susah, mau ngangkat juga bawanya susah,” lanjutnya.
Masalah angin tak hanya menghambat ketika saat pengangkatan, tetapi juga saat pengelasan.
Jembatan mungkin saja bisa jatuh ke laut apabila pekerja tidak menemukan solusi masalah kencangnya angin di Teluk Youtefa saat itu.
Untuk diketahui, biaya pembangunan proyek jembatan yang memiliki bentang utama sepanjang 732 meter itu adalah sekitar Rp1,8 triliun.
Dana berasal dari dana khusus APBN dari Kementerian PUPR yang nilainya mencapai Rp1,3 triliun.
Selain itu, kontribusi dana APBD juga memberikan sumbangsih sebesar Rp500 miliar.
Jembatan yang dibangun sejak tahun 2015 itu akhirnya raih dua rekor MURI. yakni rekor dalam pengiriman jembatan rangka baja utuh dengan jarak terjauh dan rekor pengangkatan serta pemasangan rangka baja jembatan dalam bentuk utuh terpanjang.***