

inNalar.com – Pada Sabtu, 17 Februari 2024 Ismail Haniyeh selaku pemimpin Hamas menuduh Israel menghalangi upaya capai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Ia mengatakan bahwa gerakannya menanggapi upaya mediasi sepanjang waktu dengan semangat positif dan tanggung jawab yang tinggi.
Hal tersebut dilakukan guna menghentikan agresi terhadap rakyat, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan membiarkan arus keluar bantuan dan rekonstruksi.
Hamas menunjukkan fleksibilitas penuh dalam menangani masalah ini.
Namun, Hamas mengungkapkan bahwa jelas sejauh ini Israel terus menunda-nunda negosiasi.
Faksi-faksi Palestina tidak akan menerima apa pun selain penghentian total agresi, penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan, kembalinya para pengungsi, terutama ke utara Jalur Gaza, dan berakhirnya konflik.
Baca Juga: Ganas! Intip 5 Jenis Anjing yang Paling Berbahaya untuk Dipelihara, Ada yang Berasal dari Jepang!
Dibalik tuduhan pemimpin Hamas, Israel kembali membuat onar di perbatasan Lebanon.
Dilansir inNalar.com dari stripes.com, Kekerasan meningkat di perbatasan Israel-Lebanon.
Di seberang perbatasan Israel-Lebanon yang tegang, pertempuran memanas pada minggu ini.
Baca Juga: Jangan Panik! Inilah 5 Alasan Kenapa Kucing Memakan Rumput, Bagus untuk Kesehatan?
Tembakan roket dari Lebanon menewaskan seorang tentara Israel pada hari Rabu.
Keesokan harinya, serangan udara Israel menewaskan 10 warga sipil Lebanon, mendorong Hizbullah melepaskan tembakan roket ke Israel utara dan mengancam akan memperluas konflik.
Sebagai informasi, Hizbullah adalah partai politik dan milisi besar di Lebanon dengan kekuatan roket dan infanteri yang cukup besar.
Mereka melawan Israel hingga terhenti dalam perang sebelumnya pada tahun 2006.
Mereka menerima dukungan dari Iran, yang mengandalkan Iran untuk menekan Israel, musuh bebuyutannya.
Hizbullah telah terlibat dalam pertempuran dengan intensitas rendah sejak dimulainya perang Gaza.***