Habiskan Dana Rp 200 Triliun dan Wacana Menjadi Jembatan Terpanjang, Bagaimana Kabar Jembatan Selat Sunda?

inNalar.com – Setengah abad telah berlalu bagi proyek mimpi besar warga Sumatera yang masih menggantung.

Pembangunan Jembatan Selat Sunda merupakan langkah besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat konektivitas kedua pulau terbesar di Indonesia.

Dengan panjang 30 km, JSS akan menjadi jembatan terpanjang di dunia.

Manfaat utama dari JSS ini adalah peningkatan konektivitas dan mobilitas barang serta orang antar kedua pulau.

Baca Juga: Baru 2 Bulan Dibangun, Jembatan di Lampung Senilai Rp 11 Miliar Ambrol Usai Perbaikan, Material Bermasalah?

Lalu bagaimana kabarnya sekarang?

Menurut Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia (2009-2014) , proyek tersebut akan memakan waktu 10 tahun dan merogoh kocek Rp 200 triliun rupiah.

Selain perihal dana, proyek ini nantinya dikhawatirkan akan membuat perekonomian Indonesia Jawa sentris.

Di periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, Andrianof Chaniago Kepala Bappenas juga menyatakan bahwa proyek ini tidak menimbulkan pemerataan, melainkan sentralisasi ekonomi.

Baca Juga: Sudah 8 Tahun Terbengkalai, Proyek Pembangunan Gedung di Kalimantan Barat Telah Ditumbuhi Semak Belukar

Jembatan Selat Sunda ini nantinya akan menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera menciptakan keterbukaan lintas pulau

Jembatan Selat Sunda atau JSS merupakan proyek megah yang sudah dicetuskan sejak 1960, jauh sebelum Jalan Tol Trans-Sumatera yang saat ini sudah digunakan.

Pada tahun 1960 seorang guru besar ITB, Profesor Sudiyatmo mencetuskan proyek Jembatan Selat Sunda.

Pada awal dicetuskan oleh Profesor Sudiyatmo diberi nama Trinusa Bimasakti yang berarti menghubungkan tiga pulau (Sumatera- Jawa- Bali).

Baca Juga: Kuras Dana Rp 700 Miliar, PLN Siap Alirkan Listrik di 305 Titik Kampung Pelosok Kalimantan Barat, Dimana Aja?

Kemudian pada tahun 1965, Ir. Soekarno meminta ITB untuk membuat ujicoba desain penghubung dimana hasil ruangan tunnel yang selesai pada Juni 1989.

Desain tersebut diserahkan kepada Presiden Soeharto dan pada tahun 1997 Soeharto memerintahkan kepada Bj. Habibie untuk mengerjakan proyek tersebut.

Telah dilakukan kaji ulang oleh Profesor Wiratman Wangsadinata dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah di tahun 90-an.

Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sempat ada masterplan percepatan dan perkembangan ekonomi Indonesia, MP3EI yang memasukkan JSS dalam satu paket Pembangunan.

Baca Juga: Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membeli Rumah Second, Mulai dari Budget sampai Soal Listrik, Apa Saja?

Namun, pada era kepemimpinan SBY, JSS belum juga terlaksana. Alasannya karena belum majunya perekonomian Sumatera.

Sementara itu pada pemerintahan Presiden Jokowi, pernah diungkapkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bahwa JSS tidak dibatalkan namun ditunda.

Penundaan dilakukan dengan alasan tidak layak secara finansial, mengingat ini merupakan proyek megah yang akan menggelontorkan dana yang besar.***

 

Rekomendasi