

inNalar.com – Inilah negara di kawasan Timur Tengah yang berhasil mememiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama, setelah menginvestasikan sekitar 32 miliar USD.
Saat ini, banyak negara yang sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga uklir. Negara arab yang terkenal dengan minyak dan gas juga turut membangunnya.
Uni Emirat Arab (UEA) jadi negara di kawasan Timur Tengah pertama yang sumber energi listrik berasal dari nukli.
Proyek ambisius ini diwujudkan melalui PLTN Barakah, yang berlokasi di kawasan barat Abu Dhabi.
Melansir power-technology pada Kamis, 14 November 2024, dengan investasi sebesar 32 miliar USD, PLTN Barakah kini menjadi salah satu proyek energi terbesar di kawasan tersebut, sekaligus langkah signifikan dalam upaya diversifikasi sumber daya energi UEA yang selama ini bergantung pada minyak dan gas.
PLTN Barakah dibangun oleh Korea Electric Power Corporation (KEPCO), perusahaan asal Korea Selatan yang memenangkan kontrak proyek ini pada tahun 2009.
Baca Juga: Tersembunyi di Tengah Hutan, Sungai Titisan Surga di Papua Ini Punya Air Terjernih se-Indonesia
Reaktor pertama akhirnya mulai beroperasi komersial pada 2020, disusul reaktor lainnya yang diaktifkan bertahap hingga seluruhnya kini berfungsi penuh.
PLTN Barakah terdiri dari empat reaktor yang mampu memproduksi total 40 terawatt per tahun.
Kapasitas ini cukup untuk memenuhi 25% kebutuhan listrik nasional UEA dan mendukung target pengurangan emisi karbon secara signifikan.
Baca Juga: China Berulah Lagi! Kini Hadirkan Mega Proyek Jembatan Tanpa Kabel: Anggarannya Capai…
Proyek ini mencerminkan ambisi UEA untuk memimpin dalam penggunaan teknologi energi bersih di kawasan Timur Tengah.
UEA menjadi pelopor dalam mengadopsi energi nuklir damai, memberikan alternatif baru bagi negara-negara Timur Tengah lainnya yang selama ini mengandalkan bahan bakar fosil.
Namun, perjalanan menuju operasional penuh PLTN Barakah tidak tanpa kontroversi. Beberapa ahli menyoroti potensi risiko keamanan reaktor yang dianggap tidak memenuhi standar pertahanan modern terhadap ancaman eksternal, seperti serangan misil.
Di sisi lain, keberadaan PLTN ini juga menimbulkan kekhawatiran regional, mengingat belum adanya protokol yang kuat di Timur Tengah untuk menangani potensi penyebaran radioaktif jika terjadi kebocoran.
Meskipun demikian, otoritas nuklir UEA telah memastikan bahwa PLTN Barakah dirancang dengan mengedepankan standar keselamatan internasional.
Langkah UEA mengembangkan PLTN ini juga menandai komitmen mereka untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, sejalan dengan upaya global untuk transisi menuju energi bersih.
Keputusan untuk beralih ke energi nuklir menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menjamin pasokan listrik yang stabil dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat posisi mereka di pasar energi internasional.
PLTN Barakah kini menjadi simbol kemajuan teknologi dan keberlanjutan di kawasan Timur Tengah.
Selain dampak positifnya dalam menyediakan listrik bebas emisi, proyek ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi negara-negara tetangga untuk mengikuti jejak UEA dalam mengadopsi energi nuklir damai.
Dengan adanya PLTN ini, UEA tidak hanya memperkuat ketahanan energinya, tetapi juga mempertegas komitmennya terhadap pembangunan yang berorientasi masa depan.
Dengan PLTN Barakah, UEA kini menjadi contoh bagaimana energi nuklir dapat dimanfaatkan secara damai untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Keberhasilan proyek ini tidak hanya membawa dampak besar bagi negara itu sendiri, tetapi juga bagi kawasan Timur Tengah secara keseluruhan, membuka peluang baru dalam pengembangan energi bersih dan ramah lingkungan di masa depan.***(Muhammad Arif)