Habis Rp300 Triliun, Emiten China Ini Royal Invest 9 Proyek Smelter Nikel di Indonesia, Kapasitas Paling Jumbo Ada di Pomalaa Sulawesi Tenggara

inNalar.com – Perusahaan nikel yang satu ini merupakan bagian dari emiten China, PT Zhejiang Huayou Cobalt.

Salah satu proyek smelter nikel yang paling fenomenal milik perusahaan tersebut terletak di Kabupaten Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Gerak investasinya terbilang royal, karena investasi yang telah digelontorkan pihaknya telah mencapai US$ 21,5 miliar atau Rp300 triliun.

Baca Juga: Perdagangan Sahamnya Disuspensi Sementara, Laba Bersih PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) Mengalami Kemerosotan

Nominal tersebut merupakan hasil dari total penggabungan sembilan proyek smelter yang telah ditajakkan emiten China di Indonesia.

Sejumlah proyek garapannya ini tersebar di berbagai lokasi dan salah satu investasi pertamanya berada di Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP).

Kawasan industri tersebut intens mewujudkan rantai industri baterai lithum yang diketahui sistemnya telah termanajemen secara ramah lingkungan.

Baca Juga: Kebagian Rp17,38 M dari Program Dagang Karbon, Desa di Mahakam Ulu Kalimantan Timur Ini Siap Ikut Turunkan Emisi, tapi Tersendat karena…

Sumber energi andalan kawasan industri tersebut menggunakan tenaga gas, air, dan panel surya.

Adapun deretan pabrik yang berada di Kawasan IPIP ini mulai dari smelter HPAL, RKEF, refining, prekusor, bahan katoda, baterai ternary lithum, daur ulang baterai, dan lain-lain.

Pihak perusahaan pun berkomitmen akan memboyong seluruh rantai industrinya ke kawasan industri ini, mulai dari pertambangan hingga hilir lanjutannya.

Baca Juga: Investasi Rp14,7 Triliun, Kepulauan Riau Bakal Bangun Jembatan Terpanjang yang Gunakan Dana Pinjaman Asing, Kapan Digarap?

Masih di Pomalaa, Zheijang Huayou Cobalt Co. ini diketahui pula berinvestasi dalam proyek smelter HPAL bersama dengan sejumlah perusahaan lainnya.

Mulai dari menggandeng PT Vale Indonesia Tbk hingga produsen otomotif asal Amerika Serikat Ford Motor Company.

Pada kesempatan KTT B20 pada 13 November 2022 lalu, Huayou diketahui telah melakukan perjanjian definitif dengan Vale Indonesia guna muluskan Proyek HPAL di Pomalaa.

Baca Juga: Sedot Anggaran APBN 3 Periode, Jawa Timur Punya Pasar Induk Terbesar se-Indonesia di Kota Batu, Ternyata Begini Mewahnya

Dari perjanjian tersebut, nantinya Vale akan memasok bijih nikel dari tambangnya untuk kemudian diproses di pabrik garapan Huayou.

Kapasitas produksinya pun diproyeksi bakal menembus 120.000 ton nikel dalam bentuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Lanjut bergeser ke Sulawesi Tengah, perusahaan China ini melalui PT Huayue Nickel Cobalt juga mengoperasikan Smelter HPAL yang lokasinya ada di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Baca Juga: Investasi Rp14,7 Triliun, Kepulauan Riau Bakal Bangun Jembatan Terpanjang yang Gunakan Dana Pinjaman Asing, Kapan Digarap?

Produksi pertama nikel MHP dari pabrik tersebut sudah berhasil pecah telur pada tahun 2021 dengan kapasitas tahunannya kini mencapai 60.000 ton nikel.

Selain itu, Huayou juga turut terlibat dalam megaproyek besutan konsorsium sejumlah perusahaan ternama.

Mulai dari Indonesia Battery Corporation, Aneka Tambang (Antam), LG Energy Solution, LG Chem, LX International, hingga Posco Future.

Baca Juga: Gagal Bayar Utang Senilai Rp23 Miliar, Ternyata Segini Jumlah Aset PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC)

Selanjutnya juga ada Proyek Huafei Nickel Cobalt yang berada di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Pulau Halmahera, Maluku Utara.

Geliat investasi yang cukup menggurita dari berbagai pabrik cuan hilirisasi nikelnya ini tidak mengherankan apabila pendapatan Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd mencapai Rp38,75 triliun.***

Rekomendasi