

inNalar.com – Gurun Sahara dilaporkan menghijau setelah ribuan tahun gersang. Fenomena langka ini tertangkap satelit NASA.
NASA mengatakan, citra satelit mereka menunjukkan kondisi tak bisa di Gurun Sahara. Wilayah kuning (gersang) berubah menjadi bercak-bercak hijau, Kamis (26/09/2024)
Fenomena tersebut diakibatkan curah hujan yang tinggi selama bulan September 2024. Tercatat, hujan lebat turun lima kali lipat dari rata-rata biasanya.
Baca Juga: Catat! Ini Cara Minum Air Tajin untuk Menyembuhkan Asam Lambung yang Benar
Live Science juga melaporkan, beberapa wilayah di Afrika Utara mengalami curah hujan tinggi.
Wilayah tersebut menurut NASA memang sering turun hujan, namun bisa dihitung pakai jari setiap tahunnya.
Pada tanggal 7-8 September 2024, Gurun Sahara mengahdapi siklon ekstratropis dan telah meninggalkan limpasan air dalam jumlah besar.
Baca Juga: Proyek Mangkrak 10 Tahun, Pj Gubernur Lampung Dorong Keberlanjutan Kota Baru Lampung Selatan
Hal itu sebagaimana tertangkap Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) milik NASA.
Menurut beberapa ilmuwan, hujan lebat di Gurun Sahara dipicu oleh Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ).
ITCZ merupakan area bertekanan rendah permanen di palung khatulistiwa tempat angin pasat bertemu dan menciptakan peningkatan konveksi, kekeruhan, dan presipitasi.
Baca Juga: Siap-Siap Bentuk Provinsi Baru di Pulau Sumatra, 7 Kabupaten Diboyong Sekaligus: Wilayahmu Termasuk?
Zona tersebut kata Ilmuwan, telah bergeser ke arah Gurun Sahara bagian utara tahun ini, sehingga membuat intensitas hujan tinggi.
Faktor lain dari fenomena langka itu yakni air di Samudra Atlantik Utara dan Laut Mediterania telah menjadi lebih hangat dari biasanya.
Menurut laporan NASA, lebih dari 38.000 kejadian hujan ekstrem telah terjadi di Sahara, sejak catatan cuaca dibuat.
Baca Juga: Pembangunan Seret, 5 Kecamatan di Kabupaten Tanggamus Ingin Bentuk DOB Provinsi Lampung
Hampir 30 persen dari hujan tersebut terjadi selama musim panas dan beberapa di antaranya terkait dengan siklon ekstratropis.