
inNalar.com – Pondok pesantren yang terletak di pelosok desa Jawa Barat ini berhasil membangun beragam bisnis demi santrinya dapat menempuh pendidikan secara gratis.
Fakta menariknya, pesantren yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini tidak hanya merodakan satu bidang kewirausahaan saja.
Tahukah, pihak pengelola pondok mengelola 59 variasi bisnis demi menghidupi kurang lebih 15.000 santri, plus sekitar 500 staff pengajarnya.
Baca Juga: Ini Dia 5 Kampus Swasta Terbaik di Kota Solo Versi UniRank, Bisa Jadi Referensi Calon Maba!
Gurita puluhan bisnisnya inilah yang membuat para santri beserta walinya tidak perlu pusing memikirkan biaya pendidikan, kesehatan, dan konsumsi sehari-hari mereka.
Inilah Ponpes Al-Ashriyyah Nurul Iman yang berlokasi di Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menarik dari sejarah pembangunan pondok ini, tentu kita akan dibuat terkejut. Pasalnya, Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dulunya hanya sebuah asrama petak kobong bambu yang luasnya hanya 3 x 4 meter.
Pondokan yang ada di Kabupaten Bogor ini dibangun oleh Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim dan istrinya, Umi Waheeda bint Abdul Rahman.
Bermula dari keprihatinan sepasang suami istri yang melihat banyak anak putus sekolah di masa krisis moneter, pondok pesantren ini akhirnya berhasil dibangun pada 16 Juni 1998.
Diungkap dalam sebuah perbincangan di kanal YouTube Coach Yudi Candra, pesantren di pelosok desa Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini telah menggeliatkan bisnis persawahan seluas 200 hektare.
Tidak kalah menariknya pondok di pelosok Jawa Barat ini juga merambah bisnis ekspor yang dalam prosesnya tidak sedikit menggaet sejumlah negara, seperti Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, hingga Jepang.
“Alhamdulillah, sawah kita sekarang ada 200 hektare,” beber Umi Waheeda kepada Host Coach Yudi Candra dalam bincangnya.
Menurut Umi Waheeda, sosok pendiri pesantren tersebut menerangkan bahwa untuk benar-benar memenuhi kebutuhan beras bagi 15.000 santrinya pada dasarnya diperlukan 500 hektare sawah.
Namun dengan luas persawahan yang dimiliki pesantren dinilai mencukupi. Butuh produksi 7 ton per harinya sehingga kekurangannya selama ini dipenuhi dengan cara membelinya.
Tidak kalah mengherankannya, pihak pondok pun juga berupaya mengelola tambang batu bara demi memenuhi kebutuhan listrik mereka sebesar 1,5 ton batu bara per hari.
Sumber finansial pun juga diupayakan pihak pesantren di Jawa Barat ini dengan cara berpartner dengan sebuah yayasan dari Taiwan, organisasi muslim, hingga Jepang.
“Saya paling senang kerjasama dengan beda agama, dengan beda negara, interface collaboration,” Ucap Umi Waheeda.
Pihaknya pun membangun networking partnership bisnis ekspor ke Malaysia hingga pondok berhasil membangun bisnis air minum, water filter.
“So total ada 59 businesses guys,” ungkap Coach Yudi Candra. Sebagai informasi, pondok pesantren ini pun akhirnya semakin banyak dilirik hingga pada peletakan batu pertamanya saja Pejabat Pemerintah Daerah Bogor dan Duta Besar Arab Saudi, Brunei, Singapura, dan Malaysia ikut hadir.
Sesuai dengan visi pondoknya, pihaknya terus mengupayakan pendidikan gratis bagi santrinya tanpa harus mengorbankan kualitas kehidupan mereka.***