

inNalar.com – Gen Z seringkali dikatakan sebagai Strawberry Generation, generasi yang gampang lemah dan rapuh dari segi emosional maupun mental.
Generasi millenial jauh lebih kuat secara mental dan memiliki delay gratification yang lebih baik dari Gen Z.
Lalu, apa itu delay gratification? Apakah Gen Z itu Strawberry Generation?
Baca Juga: Biodata dan Profil Harris Vriza, Pemain Sinetron Tajwid Cinta Lawan Main Cut Syifa
dr. Jiemi Ardian, spesialis kedokteran jiwa dari Siloam Hospital Bogor, melalui kanal YouTube miliknya memberikan penjelasan mengenai apakah memang generasi millennial lebih kuat dari Gen Z yang disebut sebagai Strawberry Generation.
Diketahui delay gratification adalah kemampuan untuk menunggu atau menunda sesuatu yang bisa didapatkan saat ini (instan) dengan tujuan ingin meraih sesuatu yang lebih baik di masa depan,
Contohnya, kamu berprinsip untuk tidak mengkonsumsi fast food agar di masa depan kesehatanmu terjaga dari risiko-risiko penyakit yang membahayakan.
Sering kali antar generasi saling membandingkan siapa yang lemah atau siapa yang kuat
Terkadang generasi yang lebih tua menganggap bahwa generasi di bawahnya lebih buruk daripada generasinya serta memiliki daya mental yang lebih lemah atau mudah merasa tersinggung, tersakiti dan kurang mandiri,
Namun, tahukah kamu bahwa ternyata itu adalah siklus dari cara pikir manusia yang tidak rasional dan dipengaruhi oleh faktor memori.
Seorang peneliti dari University of California, John Frotzko melakukan penelitian dengan mengumpulkan data skor anak-anak selama 60 tahun, yang diteliti adalah angka kesabaran dan delay gratification (menunda kesenangan).
Berdasarkan data ini, dapat terlihat apakah anak muda lebih baik/buruk soal sabar dan delay gratification.
Namun, sebelumnya John Frotzko mengumpulkan 260 psikolog perkembangan yang ahli di bidang perkembangan anak, para psikolog perkembangan yang pastinya memiliki wawasan pengamatan tentan trend perilaku anak.
Baca Juga: Ayu Ting Ting Tolak Cinta Sahrul Gunawan hingga Blokir WhatsApp Setelah Pamer Isi Chat
Ternyata, 84% ahli memperkirakan anak-anak akan menjadi semakin buruk/atau tetap sama. Tapi mereka ternyata salah.
Hanya 16 persen yang membuat prediksi benar, bahwa anak-anak saat ini sebenarnya secara keseluruhan lebih baik dalam menunda kepuasan daripada anak-anak di dekade lalu.
Jiemi, mengatakan bahwa terdapat dua faktor yang membuat siklus pandang generasi tua selalu menilai Gen Z lebih buruk darinya.
Baca Juga: Ayu Ting Ting Tolak Cinta Sahrul Gunawan hingga Blokir WhatsApp Setelah Pamer Isi Chat
Kalau kamu membayangkan memori sebagai file yang disimpan rapi, lalu dibuka saat kita butuh, kamu sudah keliru.
Memori sangat dipengaruhi oleh keadaan kita saat ini, yang kemudian mempengaruhi warna kita dalam mengulang memori karena memori ingatan yang terbuka memang sudah terfilter oleh faktor emosional kita di saat waktu tersebut.
Artinya, tidak fair jika membandingkan perilaku Gen Z dengan ingatan yang coba kamu keluarkan di saat emosionalmu tidak netral, karena bagaimanapun memori tidak 100% dapat kita percaya.
Belief berhubungan dengan ego yang dimiliki, jika kamu di saat ini memiliki standar yang sudah matang dan dewasa menilai perilaku Gen Z tidak sesuai dengan standar maka itu pun tidak fair untuk dibandingkan.
Jika penelitian sudah mengatakan bahwa faktanya bahwa setiap generasi memiliki daya kesabaran dan delay gratification yang lebih baik dari generasi ke generasi, artinya selalu ada kemajuan.
Namun, perlu kita sadari bahwa memang manusia memiliki cara pikir tidak rasional yang bekerja, hal ini dinamakan kids these days bias, realita yang bias dan memori yang kita andalkan faktanya 100% valid. ***
Baca Juga: 4 Orang Ditemukan Tewas Dalam Satu Rumah di Kalideres Kondisinya Mengenaskan