

inNalar.com – Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN merupakan salah satu energi yang terus didorong penerapannya di Indonesia oleh pemerintah.
Terbukti dengan adanya rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN yang mengungkapkan bahwa Indonesia akan membangun PLTN di tahun 2030.
Sementara itu, Kementerian ESDM menargetkan pengembangan tenaga nuklir ini bakal dikomersialkan pada tahun 2032 mendatang.
Energi ini sendiri telah dinilai sebagai salah satu sumber dalam menyediakan listrik.
Pengembangannya juga menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menaikkan keandalan sistem tenaga listrik di tingkat nasional.
Tidak hanya itu, sekarang ini juga sudah disusun tim percepatan persiapan dan pembangunan pembangkit listrik dengan teknologi tersebut bernama Nuclear Energy Program Implementing Organization atau NEPIO.
Dilansir inNalar.com dari Antara, Djoko Siswanto selaku Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional mengatakan bahwa pembentukan organisasi ini tercatat sebagai salah satu dari 19 syarat untuk komersialisasi nuklir.
Syarat-syarat yang diperlukan ini sendiri berdasarkan hasil rekomendasi dari International Energy Agency atau IEA.
Djoko menegaskan bahwa sebanyak 16 syarat sudah terpenuh. Kemudian 3 lagi salah satu diantaranya adalah NEPIO.
Selain itu ada pula kebijakan pemerintah serta dukungan stakeholder. Nantinya organisasi inilah yang akan bertanggung jawab kepada Kepala Negara.
Tujuannya yakni sebagai persiapan sekaligus pelaksanaan dibangunnya PLTN. Termasuk sebagai upaya mendorong target transisi energi dan emisi 2060.
Untuk ketuanya sendiri yaitu Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Kemudian terdapat pula ketua hariannya oleh Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM),
Djoko kembali mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki roadmap dalam pembangunan PLTN lewat PT Thorcon Power Indonesia.
Nantinya, direncanakan RI akan mempunyai PLTN kapasitas besar sampai 500 MegaWatt (MW).
Pembangkit tenaga nuklir ini sendiri akan dioperasikan di Kep. Bangka Belitung tepatnya Pulau Gelasa.
Perusahaan ini bahkan terus berupaya untuk menargetkan dana pembangunannya sampai angka Rp17 triliun.
Adapun dana yang telah disumbangkan sekitar Rp10 miliar untuk biaya lab dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).***