

inNalar.com – Panitia Penyelenggara SEA Games 2023 Kamboja lagi-lagi menggegarkan publik Indonesia. Setelah sebelumnya bendera Indonesia terbalik menjadi putih merah saat acara pembukaan, kali ini giliran insiden medali yang menjadi sorotan.
Pasalnya prosesi penyerahan medali kompetisi merupakan momen paling spesial bagi atlet terutama yang memenangkan pertandingan. Apalagi jika kompetisi tersebut bertajuk internasional sekelas SEA Games yang seharusnya sudah memiliki standar khusus.
Kejadian tersebut disorot ketika penyerahan medali penghargaan lomba jalan cepat 20 km yang dimenangkan oleh atlet Indonesia dilakukan di ruangan terbuka dan hanya memakai penerangan seadanya berupa sorotan lampu mobil.
Padahal, seperti sudah sewajarnya, penerangan profesional harusnya sudah diajukan dalam anggaran belanja dan juga dipersiapkan sebagai atribut agenda.
Terlihat dalam video yang viral tersebut, Hendro Yap, Atlet Indonesia cabang olahraga jalan cepat putra 20 km, menaiki podium sembari memegang bendera merah putih di pundak. Ia berhasil mengalahkan Artid Sriwichai dari Singapura dan Sat Nanvirakyuth selaku wakil tuan rumah.
Berkenaan dengan itu, reaksi warganet Indonesia beragam. Diantara mereka ada yang membandingkan dengan protokol rentetan pagelaran ASIAN Games 2018 di Indonesia.
Baca Juga: Sulit Diterima! Medali pembalap sepeda Indonesia ‘Dirampok’ Negara Lain di SEA Games 2023
Dan adapula yang memaklumi kekurangan tuan rumah lantaran Kamboja baru sekali mendapatkan pengalaman tersebut di pagelaran SEA Games.
“Kok bisa ya jadi tuan rumah?” ucap pengguna media sosial TikTokers kesal.
“Maklum kamboja baru pertama kali jadi tuan rumah.” Ujar @Dutajomblo3 membela.
Cambodia SEA Games Organizing Committee (CAMSOC) selaku panitia penyelenggara sepertinya melakukan evaluasi yang berhubungan dengan jamuan dan profesionalisme acara besar kali ini.
Baca Juga: Gaya Kemenpora Umumkan Skuad Bulu Tangkis SEA Games 2023 Menuai Polemik, Kreatif atau Plagiat Sih?
Hal ini karena kealfaan ini tidak hanya akan memperburuk citra panitia dan negara di mata media saja. Dalam konsekuensi yang lebih lanjut, hal ini berpotensi akan menurunkan minat investor, merenggangkan kerja sama, bahkan mengurangi tingkat kunjungan pariwisata yang akan berdampak besar bagi keberlangsungan ekonomi negara.